Sebenarnya tidak pernah ada alasan yang terucap tentang apa yg terjadi.
Ketika kesetiaan diuji
dengan meluluhkan segenap jiwa akan sebuah penghianatan. Itu bukan
alasan tapi kepalsuan, kebenaran yg didustakan. Berkali-kali dilakukan, tapi tak pernah berhasil, yang pada akhirnya kembali harus mengakui merindukan sosok yg didustakan.
Dan ketika saat itu, sebuah pencarian akan sia-sia. Hanya akan
menemukan puing yang berserakan, dan melihat kesenduan mata yg kosong.
Tidak tertuliskan lagi harapan. (Terlambat) ...
Apa yang harus menjadi jawaban atas pertanyaan mereka?
(Bodoh) ...
Sebuah kisah telah digoreskan bersama takdir yang menjadi pilihan.
Kembali diam tanpa ada kata yg terucap, memahami setiap makna
keheningan, menduga dalam kesunyian.
Tidak beranjak kemanapun. Diam ...
Hingga tiba waktunya, benar-benar menghilang.
Dan semua terlukis apik menjadi kenangan. abadi disana
(Tak tersentuhkan, berucap ataupun menyapa).
Aku menyesal, ujarnya.
Lelaki itu tersimpuh dalam sujud malamnya, tangisan yg ada hanyalah sesuatu yang kosong.
Perempuan yg didustakan adalah air, bendungan harapan, penantian,
kesetiaan, dan kasih tak mampu menahan laju air yg mengalir, mungkin ia
lelah. Melakukan sesuatu hal yg tidak ada kepastian.
Ruang itu tetap kosong, hanya saja berjalan mengikuti arus, tidak tau pasti dimana pelabuhannya untuk menepi.
"ada sesuatu dihati?"
Kalau saja jarak itu bisa dilipat hanya dengan sebuah doa, maka aku
hendak mencari tahu doa seperti apa yang bisa melipat menjadi sedemikian
rupa dekatnya. Perjalanan panjang selama ini sama sekali tidak bisa
membuat jarak menjadi dekat. Sama sekali tidak membuat perubahan
berarti. Tidak ada beda antara satu meter dan seribu kilometer bila
diantara kita tetap bukan siapa-siapa. Dan kita masih berjalan
sendiri-sendiri.
Sudahlah mungkin ini garis yang telah ditetapkan oleh-Nya. Mana mungkin datang kembali, meminta untuk menemani melukiskan cerita kehidupan ini.
Sekian lama berdiam diri dengan arogannya. Tak mampu membendung
masing-masing perasaan yang ada, meskipun saling menyadari akan
kehadiran rasa atas setiap rindu, namun entahlah segala sesuatunya hanya
mampu tersampaikan dalam setiap butiran doa. Sudah terlampau jauh
jarak yang ada, uluran tangan silahturahmi tidak terusikan. Baiklah, kau
orang asing ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar