Kamis, 19 Februari 2015

Mereka? Ilmu dan Cinta Untuk Anak Negeri


aku belajar dan tersenyum dari mereka, mereka yang begitu tangguh, yang selalu menguatkan jiwa ini untuk terus berjuang meraih mimpi :)

Oleh : Sherly Damayanti (Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya)


Pendidikan adalah induk semang kebudayaan, ketika suatu Negara memiliki kualitas pendidikan yang baik maka akan berdampak pada peningkatan segala sektor lain seperti ekonomi, pembangunan, kesehatan, pertanian, dan lain-lain. Negara kita Indonesia sebagaimana termaktub dalam UUD 1945 akan menjamin pendidikan anak bangsa, seperti tercantum pada pasal 31 ayat 1 dan 2 bahwa: “setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) nyatanya belum mampu mengentaskan masalah pendidikan itu sendiri.

Sebagai agen perubahan, mahasiswa bertindak bukan ibarat pahlawan yang datang ke sebuah negeri lalu dengan gagahnya mengusir penjahat-penjahat dan dengan gagah pula sang pahlawan pergi dari daerah tersebut diiringi tepuk tangan penduduk setempat. Dalam artian tidak hanya menjadi penggagas perubahan, melainkan menjadi objek atau pelaku dari perubahan tersebut. Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan besar dan membuat para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas. Sadar atau tidak, telah banyak pembodohan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh pemimpin bangsa ini. sebagai mahasiswa seharusnya berpikir untuk mengembalikan dan mengubah semua ini. Perubahan yang dimaksud tentu perubahan kearah yang positif dan tidak menghilangkan jati diri sebagai mahasiswa dan Bangsa Indonesia. Namun untuk mengubah sebuah negara, hal utama yang harus dirubah terlebih dahulu adalah diri sendiri.

Peran sentral perjuangan Mahasiswa sebagai kaum intelektualitas muda memberi secercah sinar harapan untuk bisa memperbaiki dan memberi perubahan-perubahan positif di negeri ini. Tidak dipungkiri, bahwa perubahan memang tidak bisa dipisahkan dan telah menjadi sinkronisasi yang mendarah daging dari tubuh dan jiwa para mahasiswa. Dari mahasiswa dan pemudalah selaku pewaris peradaban munculnya berbagai gerakan-gerakan perubahan positif yang luar biasa dalam lembar sejarah kemajuan sebuah bangsa dan negara.

Unsri mengajar adalah salah satu implementasi tiga dasar pendidikan tinggi yaitu pengabdian. Yang mana di unsri mengajarlah inilah tempat para mahasiswa ikhlas dalam berbakti dan mengabdi kepada masyarakat. Ditengah banyaknya program pemerintah yang digulirkan mengenai pendidikan akan tapi masih banyak kaum-kaum marginal yang dari segi pendidikan dan ekonomi mereka masih jauh dari kata tersentuh oleh indahnya program-program pemerintah tersebut. Maka dari itu unsri mengajar ingin menjangkau keterbataasan pendidikan bagi anak-anak yang belum berkesempatan mendapatkannya dan sebagai aplikasi dari tugas mahasiswa yakni agen of change.

Berawal dari kegiatan Bina Desa Program Kreativitas  Mahasiswa Pengabdian Masyarakat muncul ide untuk membentuk suatu program kerja Mengajar di salah satu Departemen Organisasi Mahasiswa. Dimana hal ini dilakukan karena realita lapangan kehidupan masyarkat di desa binaan tersebut jauh dan tak tersentuh. kebijakan pemerintah belum seutuhnya menyentuh masalah utama yang ada di masyarakat. Desa binaan unsri mengajar desa Tanjung Seteko tingkat pendidikan yang rendah serta angka putus sekolah masih tergolong tinggi. Padahal keberadaan desa Tanjung Seteko yang merupakan daerah terluas di indralaya dengan luas 38,20 km2, dekat dengan lokasi pusat pemerintahan kabupaten Ogan Ilir yang hanya berjarak 5 km, berjarak dari pusat pendidikan tinggi Universitas sriwijaya sejauh 1.5 km, tidak mendapat perhatian khusus baik dari pendidikan, dan insfratruktur. Hal ini diperparah dengan belum masuknya akses listrik sehingga membuat para siswa sulit untuk menggali ilmu pengetahuan di malam hari padahal indralaya memiliki pembangkit listrik berkapasitas 40 MW.  Serta jauhnya letak Bangunan pendidikan dari jangkauan mereka.

Hampir tiga tahun bersama mereka, menyatu dalam kehidupan mereka yang penuh dengan keterbatasan. Ada kebahagian tersendiri yang tak pernah bisa diungkapkan dengan kata-kata, senyuman mereka yang selalu tersirat mengatakan “Tenanglah tak ada yang harus dikhawatirkan” bertolak belakang dengan situasi dan kondisi yang sebenarnya. Bersama mereka belajar  berjuang hidup dalam keterbatasan. Maka dari itu, Unsri mengajar membentuk wadah dan strktural sendiri agar lebih leluasa dalam melakukan pergerakan dimana apabila tetap bertahan sebagai program kerja dalam Departemen Organisasi Mahasiswa tersebut tentunya akan banyak halangan birokrasi yang rumit.

Setelah adanya kesepakatan dengan organisasi tertinggi Mahasiswa yang menaungi Unsri mengajar itu sendiri, saat ini Unsri Mengajar merupakan bentuk Badan Semi Otonom yang diberikan kekuasaan untuk mengambil keputusan, sehingga leluasa bergerak tanpa hambatan dari birokrasi kampus. Unsri mengajar tidak serta-merta hanya kegiatan belajar mengajar saja, tetapi ada beberapa program kerja lainnya yang dilakukan seperti Bazar baju murah, Gerakan satu barang sejuta senyuman sebagai wadah Pendanaan bagi Unsri mengajar, karena setelah resmi menjadi Badan Semi Otonom, Unsri mengajar terlepas dari pendanaan Kegiatan Kemahasiswaan Kampus. Sehingga untuk terus berjalan Unsri mengajar harus Mandiri dalam Pendanaan. Selain itu ada kegiatan-kegiatan lainnya seperti, Gerakan Sehat Sehari sebagai kegiatan untuk perbaikan gizi anak-anak dalam ruang lingkup Unsri Mengajar. Dan ada satu kegiatan yang sedang dalam proses yaitu Gerakan Orang Tua Asuh, merupakan Gerakan Pencarian dan Penghimpun donasi untuk biaya hidup dan pendidikan dengan tujuan mengurangi angka putus sekolah serta meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak didik Unsri Mengajar. Dengan harapan bahwa melalui Gerakan Orang Tua Asuh ini, bisa menjadi langkah awal untuk mencerdasarkan anak-anak bangsa khususnya di Desa Tanjung Seteko dan panti asuahan Al Ali. Pola pengasuhan dalam program ini diartikan sebagai pemberian jaminan biaya pendidikan bagi anak-anak yatim dan pelajar dari keluarga kurang mampu (dhuafa) sekaligus membangun “ikatan kasih sayang” antara anak asuh dan orang tua asuh melalui berbagai saluran komunikasi secara intensif.

Bila ingin mencari komunitas gerakan mahasiswa yang mengabdi tanpa pamrih, dan bervisi mencerdaskan bangsa maka unsri mengajarlah tempatnya. Karena di unsri mengajar inilah para mahasiswa sebagai pemuda – pemudi bangsa mengabdikan diri, pemikiran, dan waktunya untuk mau bertanggung jawab atas kualitas generasi bangsa selanjutnya.

Detik Perubahan Bangsa: Antara Aku, Hatta dan Indonesia


menyelami dunia sastra melalui otobiografinya salah satu pahlawan bangsa yang sikap, tindakan bahkan kisahnya layak untuk dijadikan teladan dalam hidup ini .... 

Oleh : Sherly Damayanti (Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya)

Tiadalah Indonesia tanpa andil pemuda di dalamnya, kalimat ini akan terdengar sangat egois jika hanya dipandang dari satu arah saja, namun jika kita coba menengok jauh ke belakang, membuka sedikit pengetahuan kita tentang sejarah perjuangan pemuda sebelum dan sesudah kemerdekaan, tentu bukanlah hal yang naif, kalimat itu untuk kita iya-kan keabsahannya. dimulai dari terbentuknya Budi Utomo, di deklarasikannya Sumpah Pemuda, pergerakan angkatan 1945, sampai pergerakan Reformasi tidak luput dari peran pemuda di dalamnya. Sehingga pemuda selalu menjadi elemen bangsa yang selalu di banggakan karena berperan  penting dalam perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik.
Generasi muda saat ini memang butuh disiram air sejuk berlabel inspirasi. Kisah heroik tokoh-tokoh teladan perlu diangkat ke permukaan. Selain untuk meretas optimisme baru, juga untuk menyembul harapan ke muka mereka. Para pemuda harus menyadari bahwa laju nasib bangsa ini ada di tangan mereka: apakah melaju ke depan, ke belakang, atau justru stagnan. Jiwa mereka juga harus dihujani dengan optimisme dan kemantapan hati. Meneladani kepemimpinan bapak bangsa akan membuat anak-anak muda makin yakin dengan tongkat perjuangan yang sedang mereka pegang. Menilik kisah para pendiri bangsa memang serupa oase di tengah geger psimisme. Teladan yang lahir dari seorang Soekarno, Hatta, dan Kartini diharapkan dapat menumpas kegelapan dan melukis ribuan inspirasi di benak generasi muda.
Sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya (Ben Anderson)
Pemuda Indonesia memiliki daftar panjang masalah adalah sesuatu yang tak terbantahkan. Mereka bak menara gading—menjulang tinggi tanpa mengakar kuat—.  Publik dibuat terkesiap karena aksi-aksinya yang tidak lagi melejitkan capaian. Aksi man on the street para mahasiswa yang menuntut pemerintah berhenti menindas rakyat ternyata malah menyengsarakan rakyat: membakar ban, menyandera kendaraan, merusak fasilitas umum, membuat jalan macet. Aksi demo kenaikan harga BBM adalah contoh yang tepat. Perangai generasi muda juga terjerembab dalam kawah yang tidak ketimuran. Kaum muda Indonesia sebagai driver futuritas bangsa harus kembali pada fitrah kepemudaannya. Generasi muda harus mampu meruwat lagi mimpi-mimpi Indonesia dan menerjemahkannya dalam bahasa yang nyata. Sesegera mungkin menjelma menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Manusia Indonesia yang diliputi dengan kesiapan untuk tumbuh dalam kesulitan, siap menghadapi risiko, dan mampu memecahkan tantangan-tantangan. Manusia Indonesia model begitu dapat kita jumpai dalam sosok salah satu bapak Proklamator seperti Bung Hatta. Lihatlah bagaimana jiwa manusia Indonesia sejati itu melekat dalam diri Beliau. Jiwa itu jugalah yang berhasil menghantarkannya menjadi pemimpin yang disegani di Indonesia bahkan di dunia.
Bung Hatta salah satu tokoh Proklamotor kita dan sosok yang selalu hidup dalam keserdehanaan dan jauh dari pengaruh ingin memanfaatkan ketokohan  serta kekuasaan yang dimiliki buat kepentingan pribadi dan keluarga. DR(HC) Drs.H.Mohammad Hatta dilahirkan di Bukittinggi Sumatera Barat pada 12 Agustus 1902. Terlahir dengan nama Mohammad Athar .Bung Hatta juga kita kenal sebagai seorang diplomat, negarawan, bapak Koperasi, wakil Presiden I R.I. Sikap beliau yang dikagumi banyak orang adalah sangat sederhana, jujur, santun, hemat. Hidup beliau benar-benar dibaktikan buat kepentingan bangsa dan negara. Penjara sudah tak terhitung kalinya beliau rasakan dalam memperjuangkan bangsa dan negara dari kekuasaan penjajah bersama Soekarno. Bung Hatta selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam segala hal, misalnya dengan bersikap hati-hati dan melakukan perencanaan yang matang. Semua tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dilakukan dengan sepenuh hati, dan direncanakannya dengan sebaik mungkin agar memperoleh hasil yang maksimal.
Layaknya seorang yang jatuh cinta, aku begitu benar-benar menganggumi apa yang telah dilakukan Bung Hatta. Terutama sikap kesederhanaan dan diplomatik beliau. Dunia perkuliahan mampu membuat aku terjerembab dalam dilematika apa itu yang menjadi peran Mahasiswa. Menjadi agent of change, iron stock, dan control social, terkadang membuat sosok diri ini ambigu untuk melangkah. Begitu banyak generasi yang acuh akan kehidupan bangsa saat ini, tak perlu jauh hidup dikalangan mahasiswa elite, dan glamour yang selama ini mindset banyak orang tentang Fakultas Ekonomi. Membuat aku terkesima dan menyatakan aku tak mampu seperti itu. Namun disiplin ilmu itu merupakan apa yang menjadi cita-citaku sejak kecil. Bertahan dengan ruang lingkup yang sebenarnya tak mampu aku mengarunginya. sebuah komitmen dan mimpi yang mebuat aku tetap bertahan, tekad yang kuat untuk mengubah mindset kebanyakan orang itu, bahwa tak semua mahasiswa ekonomi seperti apa yang mereka pikirkan. Buktinya aku mampu menjadi mahasiswa yang aktif dan berprestasi dikampus, dan Alhamdulillah mampu menjadi teman bagi mereka, meski dengan pakaian dan kehidupan yang apa adanya. Tak perlu menjadi orang lain, hanya tetap menjadi diri sendiri aku membuktikan semuanya. Selain itu, dalam organisasi. Bukan hal awam tentang Aksi turun kejalan, kadang kala tindakan tersebut tak sesuai dengan batin ini, terkadang logika dan hati bertarung, bergejolak menentang akan hal itu. Entahlah aku selalu berfikir hal tersebut adalah tindakan sia – sia yang semakin merusak  citra apa yang dinamakan Mahasiswa, apakah hal tersebut harus tetap dilakukan? Tidak ada jalan lain?  Aku membuktikan tanpa turun kejalan permasalahan dapat diselesaikan. Bukankah Bung Hatta yang lembut hati, selalu mencari strategi untuk berjuang tanpa kekerasan. Senjata ampuh yang digunakan tokoh proklamator kita ini adalah otak dan pena. Dari pada melawan dengan kekerasan beliau lebih memilih untuk menyusun strategi, melakukan negosiasi, lobbying, dan menulis berbagai artikel dan buku untuk memperjuangkan nasib bangsa. Prinsip tanpa kekerasan ini muncul karena rasa hormat Bung Hatta pada sesama manusia, baik kawan atau pun lawan. Walaupun Bung Hatta tidak setuju dengan pendapat atau pun seseorang, beliau tidak lalu membenci orang tersebut, tetapi tindakan dan pendapatnyalah yang tidak beliau setujui. Misalnya saja, Bung Hatta yang sangat kuat keteguhan beragamanya tidak menyukai hal-hal yang berbau duniawi yang pada saat itu umumnya berasal dari negeri seberang. Tapi bukan berarti dia lalu membenci orang-orang asing. Beliau memiliki banyak teman bangsa asing dan banyak pemikiran bangsa asing yang positif (disiplin, etos kerja positif) yang beliau adaptasi untuk kemajuan bangsa. Sikap ini menyebabkan Bung Hatta dihormati oleh semua orang: kawan atau pun lawan.

Walaupun Bung Hatta sudah tiada, beliau tetap hidup melalui pemikiran, prinsip, dan kualitas pribadi beliau yang positif. sudah selayaknyalah kita teladani sisi positif kualitas kepemimpinan beliau yang berpegang teguh pada prinsip, berjuang tanpa kekerasan, berusaha melakukan yang terbaik, dan senantiasa berkarya untuk kepentingan bangsa. Merdeka!

Referensi:
Hatta, Mohammad, Membangun Ekonomi Indonesia, Jakarta : Inti Idayu Press,
                                1998.
Hatta, Mohammad, Mendayung Di Antara Dua Karang, Jakarta : Kementrian
                                Republik Indonesia, 1948.
Hatta, Mohammad, Untuk Negeriku,  Jakarta, Kompas, 2011
 06 November 2012, 05.13, diakses 03 Januari 2015, 22.10.


DETIK PERUBAHAN BANGSA, PERAN PEMUDA MENJAWAB TANTANGAN AEC 2015 DALAM SEKTOR SOSIAL DAN EKONOMI


ini essay telat ngepostnya, dibuat saat ikut seleksi Pelatihan Pemimpin Bangsa 8 (PPB#8) di Yogyakarta, dan Alhamdulillah Lolos ....

Oleh Sherly Damayanti
Globalisasi merupakan suatu bentuk proses skala kehidupan yang multidimensional dari perwujudan lokal yang kemudian nasional ke skala yang baru (internasional). Gagasan utama dari globalisasi ialah membuat dunia menjadi seragam dalam segala aspek, baik dalam aspek ekonomi, sosial, budaya maupun ilmu pengetahuan. Salah satu pengaruh dari adanya globalisasi ini adalah dengan banyak munculnya rezim internasional atau lembaga internasional.
The Association of South East Asian Nations (ASEAN) yang telah berusia lebih dari empat dekade, dari tahun ke tahun berusaha meningkatkan integrasi kerjasama antar negara anggota ASEAN. Cetak biru (blueprint) tentang pembentukan Masyarakat ASEAN yang salah satunya berpilar pada ekonomi, yaitu ASEAN Economic Community (AEC), telah disepakati oleh negara anggota ASEAN dalam Bali Concord II tahun 2003. ASEAN Economic Community merupakan sebuah komunitas negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN demi terwujudnya ekonomi yang terintegrasi. Negara – negara yang tergabung dalam AEC memberlakukan system single market dalam artian terbuka untuk melakukan perdagangan barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja. AEC direncanakan terbentuk pada tahun 2015. Terbentuknya AEC yang direncanakan terwujud pada tahun 2015, memiliki masalah dan tantangan sendiri bagi negara yang berada di kawasan Asia Tenggara.
Tantangan utama dari bangsa Indonesia sekarang adalah Sumber Daya Manusia yang mampu untuk mencapai visi 2025 dan bagaimana mempersiapkan stabilitas ekonomi, politik dan daya saing untuk menghadapi AEC 2015. SDM yang dianggap sebagai pilar utama dalam menghadapi arus globalisasi kedepannya diharapkan dari mahasiswa. Mahasiswa harus mengubah mindset, bahwa sejak AEC diberlakukan mereka bukan sekadar warga Indonesia, tapi menjadi bagian warga dunia yang harus mampu sejajar dan tidak kalah disandingkan dengan Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Philipina, Laos, Kamboja, dan Vietnam. Dalam menjawab tantangan kompetensi global, mahasiswa perlu membekali diri dengan beberapa hal yakni kompetitif “hard skills” dan “soft skills”, mampu berkolaborasi dengan mahasiswa ASEAN lain dengan riset bersama untuk menghasilkan karya-karya bermutu. Serta mampu menjadi pelopor di dalam menjaga kedaulatan bangsa dan negara di bidang ekonomi dengan menjadi job creator bukan job seeker.
Mahasiswa dengan fungsi triangular role yaitu sebagai agent of change, social control dan iron stock, dapat menjadi perantara antara pemerintah, pelaku bisnis dan akademisi (ABGs) dengan masyarakat bawah untuk menerjemahkan kebijakan pemerintah, kebutuhan pelaku bisnis dan hasil-hasil penelitian dari akademisi baik dalam bentuk pengabdian masyarakat maupun dalam bentuk pengajaran kepada masyarakat. Di sinilah peran penting mahasiswa untuk memberikan pemahaman tentang perkembangan global (AEC 2015) kapada masyarakat lapisan bawah dengan tingkat pendidikan yang masih rendah. Mahasiswa dianggap sebagai kaum terdidik yang mampu menjadi penggagas sekaligus penggerak perubahan dalam kehidupan sosial. Peran mahasiswa bukan hanya pada aspek sosial yang menjadi penggerak perubahan kehidupan sosial akan tetapi mahasiswa juga turut berperan dalam perputaran aspek ekonomi termasuk dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kolaborasi yang dilakukan adalah kolaborasi antar pemuda se-Asia Tenggara yang menggunakan intelektualitasnya. Melalui intelektualitas ini yang dilihat tentunya adalah kecerdasan dan penguasaan wawasan keilmuan. Ilmu dan wawasan yang dimiliki selain akan memperluas cakrawala pandangan, juga memberikan bekal teoritis maupun praktis dalam pemecahan suatu masalah. Sebagai generasi muda, tentunya para pemuda ASEAN ini merupakan ladang utama orang-orang yang mempunyai daya kreatif tinggi. Pemuda yang berilmu penggetahuan luas menyukai hal-hal baru, bersemangat juang tinggi, berpikiran kritis, dan berkepedulian sosial yang tinggi, ini merupakan agen yang mampu mengembangkan perekonomian di negara-negara ASEAN. Pemuda (mahasiswa) yang telah berani berwirausaha membuktikan bahwa usaha yang dilakukan mereka dapat membuahkan hasil yang manis karena selain menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, menambah pengalaman diri sendiri, juga dapat memotivasi para pemuda lain untuk melakukan hal yang sama. Sebagai elemen bangsa dengan potensi pemikirannya tentu besar sekali peran dan fungsinya, misalnya dengan mengadakan penelitian-penelitian, membuat karya tulis di berbagai media, atau seminar-seminar dalam rangka mencari solusi bagi bangsa dan negara untuk menuju kesuksean ASEAN Economic Community 2015.
Dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh pemuda (mahasiswa) diharapkan mampu membantu pemerintah maupun masyarakat umum baik kalangan pebisnis yang mempunyai andil cukup besar dalam perekonomian AEC maupun bagi masyarakat umum ASEAN untuk mengetahui hal apa saja yang perlu dibenahi baik dari segi infrastruktur maupun suprastruktur. Penelitian ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi pemerintah itu sendiri karena adanya keterbatasan waktu yang menyebabkan pemeritah belum mampu secara rinci  untuk mengetahui apa-apa saja yang diperlukan oleh masyarakat dalam menghadapi AEC terutama bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Selain itu nantinya pemuda juga akan menjadi pengontrol pemerintah dalam melakukan suatu kebijakan, selain itu pemuda diharapkan kemudian mampu untuk memberikan masukan-masukan dari atas penelitiannya itu terhadap pemerintah.
Peran lain yang tidak kalah penting yang harus diselesaikan mahasiswa adalah mempunyai spesialisasi dari pribadi masing-masing. Spesialisasi mahasiswa akan menjadi jawaban tentang tantangan untuk menghadapi arus global akibat teknologi infomasi yang berkembang pesat. Revolusi teknologi informasi inilah yang menjadikan pembuktian nyata kita bukan lagi hanya sebagai warga Indonesia tetapi kita adalah warga dunia. AEC 2015 datang sebagai peluang dan sekaligus sebagai tantangan bagi kita. Akankah kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri atau menjadi pemain sebagai host country dengan adanya AEC 2015 ?

This’s about a Traveller: Belajar dari Negeri Matahari Terbit


kalo lagi hobby moodnya baik ya gini kalo lagi suka buat essay tiap hari ada aja yang bakal jadi inspirasi :) ...

                                                     oleh Sherly Damayanti
Pemikiran ini berawal dari sebuah pertanyaan sederhana, “Traveler sejati itu yang kayak gimanasih?” Dulu aku hampir pasti akan berpikir bahwa traveler sejati adalah yang sering sekali traveling (ke tempat wisata), bahkan mungkin dia selalu berkelana dan jarang pulang ke rumah. Sampai akhirnya aku sadar, bahwa itu tidak sepenuhnya benar. Tentu kita semua tahu bahwa “traveler” berasal dari kata “travel”, yang oleh Wikipedia diartikan sebagai, “Travel is the movement of people between relatively distant geographical locations….” Sementara “traveler” berarti seseorang yang melakukan perjalanan dan “melakukan perjalanan” biasa disebut dengan “traveling”.

Noob question: “Di bagian manakah dari definisi tersebut yang menyebutkan bahwa traveling itu harus pergi ke tempat (atau untuk tujuan) wisata?” Aku yakin tidak ada dan tidak akan pernah ada, karena sejatinya traveling hanya berarti “melakukan perjalanan” tanpa peduli tempat apa yang kita tuju dan untuk tujuan apa.
Akhir-akhir ini makin banyak orang yang menyebutku sebagai traveler sejati, cuma karena aku sering traveling. Makin banyak pula yang menisbatkan diri sebagai traveler sejati cuma karena ia telah banyak keliling berbagai daerah atau negara. Se-simple itu kah? Jika memang se-simple itu, maka yang paling pantas dinobatkan sebagai traveler sejati adalah ? Hmm…

Aku masih sangat kecil kala itu, tahun kedua di sekolah menengah pertama. Pada pelajaran Bahasa Indonesia, kita semua ditugaskan untuk menuliskan karangan tentang harapan dan cita-cita saat besar nanti. Sungguh aku benci dengan pelajaran mengarang. Aku bukanlah sosok dengan sejuta kata-kata yang mampu menuntaskan aksara dengan sempurna. Tanganku lebih lihai mengaduk warna dan menatanya di atas kanvas, bukan menderetkan huruf rapi di atas kertas. Sebagai pengganti karangan, kulukiskan cita-cita lewat gambar, menggoreskan gradasi  pensil menjadi gambaran hitam dan putih. Waktu itu aku menggambar kapal-kapal besar penjelajah. Cita-citaku menjadi mereka, selalu mengarungi dan menyinggahi setiap sudut dunia. Aku kerap membayangkan sedang berdiri di depan geladak sambil memegang sebuah binokular. Memandang daratan nun jauh di seberang sambil berkata “Dua hari lagi kita sampai.” Persis bagai Columbus saat menemukan Amerika pertama kali.

Sebagai pengganti pula, aku dimarahi sejadi-jadinya, ujung rambutku ditarik sakit sekali. Setelah itu dihukum berdiri didepan dengan kaki terangkat sebelah. Gambar yang kugambar digantung di leher, isak tangisku parau menggantung di tenggorokan. Hukuman nampaknya tak menjadikan guruku puas. Anak nakal yang malah menggambar di pelajaran bahasa Indonesia ini diceramahi tentang macam-macam. “Mau jadi apa kau kelak? Indonesia tak butuh seniman. Belajar saja yang rajin sebab seni disini tak dihargai.” Memang sepertinya semua orang selalu (merasa) lebih tau bagaimana orang lain harus hidup.

Berawal dari sebuah pencarian jati diri kaki ini perlahan-perlahan melangkah menyusuri jejak-jejak  kehidupan yang penuh dengan 1001 tanda tanya. Tidak ada satupun bayangan yang terbersit di Otak ku tentang petualangan yang aku jalani ini. Disaat senja  yang begitu indah,Tapi terkadang sangat membosankan. Sering aku menanti datangnya malam yang menjanjikan berjuta mimpi-mimpi dan harapan-harapan dibalik hitam pekatnya langit malam. Bahkan terkadang sering aku habiskan malam tanpa mimpi-mimpi yang membuat aku terlena,hanya untuk mencari atau membuka tabir misteri dari kensunyian malam seorang diri. Dan ketika pagi telah menjemput aku pun selalu bersiap-bersiap mewujudkan segala mimpi dan harapan-harapan ku yang tercipta dimalam hari walaupun  terkadang hanya berujung menjadi kesedihan dihati. Lelah memang yang aku rasakan dan terkadang rasa penatpun hinggap di Otak dan jiwaku yang akhirnya menuju kepada sebuah titik kejenuhan.

Keliling dunia benar benar menjadi Liburan Impianku saat ini. Liburan keliling dunia, menjadi mimpi terbesar dalam hidupku sekaligus mimpi yang hampir mustahil untuk aku gapai saat ini. Melihat ekonomi keluarga yang pas-pasan, sekaligus melihat studi pendidikanku yang belum terselesaikan, membuatku gentar akan mimpiku yang begitu tinggi. Namun aku tetap percaya, dan terus percaya bahwa suatu saat mimpiku keliling dunia akan segera terwujud meskipun itu akan terwujud entah kapan.

          Traveling itu identik dengan mengunjungi sebuah objek wisata, belanja oleh-oleh, dan sibuk posting foto di Instagram untuk menunjukkan “I’m here!”. Sebagai seorang traveler, aku ingin sekali mencoba sesuatu yang baru dalam perjalananku menjelajahi suatu tempat. Tentu jenuh rasanya jika mengikuti sebuah grup tur yang mengharuskan aku mengikuti pola 5-6-7 alias jam 5 morning call, jam 6 breakfast, dan jam 7 berangkat!

Pergi traveling secara mandiri pun demikian. Memang tidak ada orang yang memaksa kita bangun pagi dan kita bebas menentukan acara. Membaca peta dan mengunjungi sebuah objek wisata memang menyenangkan awalnya. Tapi jika terus menerus demikian di semua tempat, rasanya kesan wisata seolah hanya mengambil foto dan suasana. Tidak ada kesan yang terlalu istimewa atau mendalam dari sebuah wilayah, kecuali mengatakan “bagus” dan “tidak bagus”.

Aku ingin sekali traveling dengan menjadi anak angkat di Jepang. Boleh dikatakan aku ingin sekali tersesat di sebuah daerah kecil di Jepang dan tinggal bersama penduduk setempat. Aku ingin melihat, merasakan, dan mengerjakan apa yang dikerjakan orang Jepang asli di pedesaan mengingat bangsa ini mempunyai kultur yang sangat kental. Seru rasanya tinggal dan tidur beralaskan tatami yang sederhana. Mencoba belajar bahasa Jepang dan tata krama yang ada lewat kehidupan sehari-hari. Mengikuti ritme kehidupan yang dipenuhi kerja keras, kesopanan, tepat waktu, dan tradisi yang kuat. Jalan-jalan bersama orang Jepang sebaya melihat wisata yang ada dari perspektif orang lokal, serta mandi bersama di onsen. Rasanya aku seolah dilahirkan kembali alias reborn sebagai orang Jepang dengan fisik orang Indonesia yang mampu mengenali budaya Jepang secara menyeluruh.

Aku percaya bahwa traveling adalah sebuah perjalanan sakral untuk menemukan diri. Melihat siapa jati diri kita sesungguhnya tanpa topeng kepura-puraan. Traveling itu menjadikan kita pribadi yang kaya akan pengalaman dan membentuk kita menjadi pribadi yang kuat. Berjalan ke suatu tempat, melihat dan merasakan hal-hal baru dan bertemu orang baru. Keluar dari comfort zone dan berusaha survive di tempat asing. Traveling membuat kita sadar posisi kita dan pengaruh tindakan kita pada alam. Beruntung jika kita bisa memberi pengaruh positif bagi orang-orang di sekeliling. Inilah yang paling aku suka saat traveling, belajar banyak hal. Singkatnya, traveling make me feel better, stronger and faster.

Impianku untuk dapat berdiri tegak di Negara yang terkenal dengan sebutan Negeri Sakura atau Negeri Matahari Terbit begitu menyiksa Logika. Banyak tempat yang ingi aku kunjungi sebagai destination selain Hokaido dan Tokyo salah satunya adalah daerah Chughoku. Chugoku merupakan Alam dan sejarah di bagian barat Pulau Honshu, Wilayah Chugoku ditandai dengan desa-desa dan kota-kota yang kecil tetapi tenang dan indah. Desa nelayan di tepi laut dan perkampungan di pegunungan. Inilah tempat yang harus dikunjungi jika ingin mencari pemandangan yang penuh nostalgia dan suasana terbaik dari Jepang pada masa lampau. Prefektur Okayama dengan taman dan pemandangan kotanya yang indah, Hiroshima kota sejarah dan budaya  dimana Dua puluh lima menit menggunakan kereta api dari Hiroshima dan 10 menit menggunakan kapal dari Miyajima-guchi akan membawa Anda ke Pulau Miyajima dan Kuil Itsukushima, tempat yang wajib dikunjungi. Keseluruhan pulau, dengan luas 30 km2, ditunjuk oleh pemerintah sebagai Special Historic Site (Situs Bersejarah Penting) dan Special Place of Scenic Beauty (Tempat Terindah yang Penting). Bangunan kuil dihubungkan dengan koridor-koridor yang membentang di atas air laut, sehingga saat air pasang, seluruh bangunan seperti mengapung di laut.. Selanjutnya Kota Samurai Hagi yang merupakan tempat kelahiran banyak samurai penting yang memimpin peristiwa-peristiwa yang mengakibatkan Restorasi Meiji serta Tottori Sakyu (Bukit Pasir Tottori) yang merupakan salah satu dari tiga bukit pasir utama di Jepang.
Impian ini begitu besar penuh dengan harapan dan cita-cita. Aku percaya dengan istilah “the power of dreams, I have many dreams, I believe it can make a real dreams ..’’

Referensi :
Website :