menyelami dunia sastra melalui otobiografinya salah satu pahlawan bangsa yang sikap, tindakan bahkan kisahnya layak untuk dijadikan teladan dalam hidup ini ....
Oleh
: Sherly Damayanti (Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya)
Tiadalah
Indonesia tanpa andil pemuda di dalamnya, kalimat ini akan terdengar sangat
egois jika hanya dipandang dari satu arah saja, namun jika kita coba menengok
jauh ke belakang, membuka sedikit pengetahuan kita tentang sejarah perjuangan
pemuda sebelum dan sesudah kemerdekaan, tentu bukanlah hal yang naif, kalimat
itu untuk kita iya-kan keabsahannya. dimulai dari terbentuknya Budi Utomo, di
deklarasikannya Sumpah Pemuda, pergerakan angkatan 1945, sampai pergerakan
Reformasi tidak luput dari peran pemuda di dalamnya. Sehingga pemuda selalu
menjadi elemen bangsa yang selalu di banggakan karena berperan penting dalam perubahan Indonesia ke arah
yang lebih baik.
Generasi muda
saat ini memang butuh disiram air sejuk berlabel inspirasi. Kisah heroik
tokoh-tokoh teladan perlu diangkat ke permukaan. Selain untuk meretas optimisme
baru, juga untuk menyembul harapan ke muka mereka. Para pemuda harus menyadari
bahwa laju nasib bangsa ini ada di tangan mereka: apakah melaju ke depan, ke
belakang, atau justru stagnan. Jiwa
mereka juga harus dihujani dengan optimisme dan kemantapan hati. Meneladani
kepemimpinan bapak bangsa akan membuat anak-anak muda makin yakin dengan
tongkat perjuangan yang sedang mereka pegang. Menilik kisah para pendiri bangsa
memang serupa oase di tengah geger psimisme. Teladan yang lahir dari seorang
Soekarno, Hatta, dan Kartini diharapkan dapat menumpas kegelapan dan melukis ribuan
inspirasi di benak generasi muda.
Sejarah
Indonesia adalah sejarah pemudanya (Ben Anderson)
Pemuda
Indonesia memiliki daftar panjang masalah adalah sesuatu yang tak terbantahkan.
Mereka bak menara gading—menjulang tinggi tanpa mengakar kuat—. Publik
dibuat terkesiap karena aksi-aksinya yang tidak lagi melejitkan capaian. Aksi man
on the street para mahasiswa yang menuntut pemerintah berhenti menindas
rakyat ternyata malah menyengsarakan rakyat: membakar ban, menyandera
kendaraan, merusak fasilitas umum, membuat jalan macet. Aksi demo kenaikan
harga BBM adalah contoh yang tepat. Perangai generasi muda juga terjerembab
dalam kawah yang tidak ketimuran. Kaum muda Indonesia sebagai driver
futuritas bangsa harus kembali pada fitrah kepemudaannya. Generasi muda harus
mampu meruwat lagi mimpi-mimpi Indonesia dan menerjemahkannya dalam bahasa yang
nyata. Sesegera mungkin menjelma menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Manusia
Indonesia yang diliputi dengan kesiapan untuk tumbuh dalam kesulitan, siap
menghadapi risiko, dan mampu memecahkan tantangan-tantangan. Manusia Indonesia
model begitu dapat kita jumpai dalam sosok salah satu bapak Proklamator seperti
Bung Hatta. Lihatlah bagaimana jiwa manusia Indonesia sejati itu melekat dalam
diri Beliau. Jiwa itu jugalah yang berhasil menghantarkannya menjadi pemimpin
yang disegani di Indonesia bahkan di dunia.
Bung Hatta salah satu tokoh Proklamotor kita dan sosok yang
selalu hidup dalam keserdehanaan dan jauh dari pengaruh ingin memanfaatkan
ketokohan serta kekuasaan yang dimiliki buat kepentingan pribadi dan
keluarga. DR(HC) Drs.H.Mohammad Hatta dilahirkan di Bukittinggi Sumatera Barat
pada 12 Agustus 1902. Terlahir dengan nama Mohammad Athar .Bung Hatta juga kita
kenal sebagai seorang diplomat, negarawan, bapak Koperasi, wakil Presiden I
R.I. Sikap beliau yang dikagumi banyak orang adalah sangat sederhana, jujur, santun,
hemat. Hidup beliau benar-benar dibaktikan buat kepentingan bangsa dan negara. Penjara
sudah tak terhitung kalinya beliau rasakan dalam memperjuangkan bangsa dan
negara dari kekuasaan penjajah bersama Soekarno. Bung Hatta
selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam segala hal, misalnya dengan
bersikap hati-hati dan melakukan perencanaan yang matang. Semua tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya dilakukan dengan sepenuh hati, dan direncanakannya
dengan sebaik mungkin agar memperoleh hasil yang maksimal.
Layaknya
seorang yang jatuh cinta, aku begitu benar-benar menganggumi apa yang telah
dilakukan Bung Hatta. Terutama sikap kesederhanaan dan diplomatik beliau. Dunia
perkuliahan mampu membuat aku terjerembab dalam dilematika apa itu yang menjadi
peran Mahasiswa. Menjadi agent of change,
iron stock, dan control social,
terkadang membuat sosok diri ini ambigu untuk melangkah. Begitu banyak generasi
yang acuh akan kehidupan bangsa saat ini, tak perlu jauh hidup dikalangan
mahasiswa elite, dan glamour yang selama ini mindset banyak orang tentang Fakultas
Ekonomi. Membuat aku terkesima dan menyatakan aku tak mampu seperti itu. Namun
disiplin ilmu itu merupakan apa yang menjadi cita-citaku sejak kecil. Bertahan
dengan ruang lingkup yang sebenarnya tak mampu aku mengarunginya. sebuah
komitmen dan mimpi yang mebuat aku tetap bertahan, tekad yang kuat untuk
mengubah mindset kebanyakan orang
itu, bahwa tak semua mahasiswa ekonomi seperti apa yang mereka pikirkan.
Buktinya aku mampu menjadi mahasiswa yang aktif dan berprestasi dikampus, dan
Alhamdulillah mampu menjadi teman bagi mereka, meski dengan pakaian dan
kehidupan yang apa adanya. Tak perlu menjadi orang lain, hanya tetap menjadi
diri sendiri aku membuktikan semuanya. Selain itu, dalam organisasi. Bukan hal
awam tentang Aksi turun kejalan, kadang kala tindakan tersebut tak sesuai
dengan batin ini, terkadang logika dan hati bertarung, bergejolak menentang
akan hal itu. Entahlah aku selalu berfikir hal tersebut adalah tindakan sia –
sia yang semakin merusak citra apa yang
dinamakan Mahasiswa, apakah hal tersebut harus tetap dilakukan? Tidak ada jalan
lain? Aku membuktikan tanpa turun
kejalan permasalahan dapat diselesaikan. Bukankah Bung Hatta yang lembut hati,
selalu mencari strategi untuk berjuang tanpa kekerasan. Senjata ampuh yang
digunakan tokoh proklamator kita ini adalah otak dan pena. Dari pada melawan
dengan kekerasan beliau lebih memilih untuk menyusun strategi, melakukan
negosiasi, lobbying, dan menulis
berbagai artikel dan buku untuk memperjuangkan nasib bangsa. Prinsip tanpa
kekerasan ini muncul karena rasa hormat Bung Hatta pada sesama manusia, baik
kawan atau pun lawan. Walaupun Bung Hatta tidak setuju dengan pendapat atau pun
seseorang, beliau tidak lalu membenci orang tersebut, tetapi tindakan dan
pendapatnyalah yang tidak beliau setujui. Misalnya saja, Bung Hatta yang sangat
kuat keteguhan beragamanya tidak menyukai hal-hal yang berbau duniawi yang pada
saat itu umumnya berasal dari negeri seberang. Tapi bukan berarti dia lalu
membenci orang-orang asing. Beliau memiliki banyak teman bangsa asing dan
banyak pemikiran bangsa asing yang positif (disiplin, etos kerja positif) yang
beliau adaptasi untuk kemajuan bangsa. Sikap ini menyebabkan Bung Hatta
dihormati oleh semua orang: kawan atau pun lawan.
Walaupun
Bung Hatta sudah tiada, beliau tetap hidup melalui pemikiran, prinsip, dan
kualitas pribadi beliau yang positif. sudah selayaknyalah kita teladani sisi
positif kualitas kepemimpinan beliau yang berpegang teguh pada prinsip,
berjuang tanpa kekerasan, berusaha melakukan yang terbaik, dan senantiasa
berkarya untuk kepentingan bangsa. Merdeka!
Referensi:
Hatta,
Mohammad, Membangun Ekonomi Indonesia, Jakarta : Inti Idayu Press,
1998.
Hatta,
Mohammad, Mendayung Di Antara Dua Karang, Jakarta : Kementrian
Republik
Indonesia, 1948.
Hatta,
Mohammad, Untuk Negeriku, Jakarta,
Kompas, 2011
06 November 2012, 05.13, diakses
03 Januari 2015, 22.10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar