aku belajar dan tersenyum dari mereka, mereka yang begitu tangguh, yang selalu menguatkan jiwa ini untuk terus berjuang meraih mimpi :)
Oleh : Sherly Damayanti (Fakultas Ekonomi
Universitas Sriwijaya)
Pendidikan adalah induk semang kebudayaan, ketika suatu
Negara memiliki kualitas pendidikan yang baik maka akan berdampak pada
peningkatan segala sektor lain seperti ekonomi, pembangunan, kesehatan,
pertanian, dan lain-lain. Negara kita Indonesia sebagaimana termaktub dalam UUD
1945 akan menjamin pendidikan anak bangsa, seperti tercantum pada pasal 31 ayat
1 dan 2 bahwa: “setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan setiap
warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) nyatanya belum
mampu mengentaskan masalah pendidikan itu sendiri.
Sebagai agen perubahan, mahasiswa
bertindak bukan ibarat pahlawan yang datang ke sebuah negeri lalu dengan
gagahnya mengusir penjahat-penjahat dan dengan gagah pula sang pahlawan pergi
dari daerah tersebut diiringi tepuk tangan penduduk setempat. Dalam artian
tidak hanya menjadi penggagas perubahan, melainkan menjadi objek atau pelaku
dari perubahan tersebut. Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan
besar dan membuat para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas. Sadar atau tidak, telah banyak
pembodohan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh pemimpin bangsa ini. sebagai
mahasiswa seharusnya berpikir untuk mengembalikan dan mengubah semua ini.
Perubahan yang dimaksud tentu perubahan kearah yang positif dan tidak
menghilangkan jati diri sebagai mahasiswa dan Bangsa Indonesia. Namun untuk
mengubah sebuah negara, hal utama yang harus dirubah terlebih dahulu adalah
diri sendiri.
Peran sentral perjuangan Mahasiswa
sebagai kaum intelektualitas muda memberi secercah sinar harapan untuk bisa
memperbaiki dan memberi perubahan-perubahan positif di negeri ini. Tidak
dipungkiri, bahwa perubahan memang tidak bisa dipisahkan dan telah menjadi
sinkronisasi yang mendarah daging dari tubuh dan jiwa para mahasiswa. Dari
mahasiswa dan pemudalah selaku pewaris peradaban munculnya berbagai
gerakan-gerakan perubahan positif yang luar biasa dalam lembar sejarah kemajuan
sebuah bangsa dan negara.
Unsri mengajar adalah salah satu implementasi tiga dasar
pendidikan tinggi yaitu pengabdian. Yang mana di unsri mengajarlah inilah
tempat para mahasiswa ikhlas dalam berbakti dan mengabdi kepada masyarakat.
Ditengah banyaknya program pemerintah yang digulirkan mengenai pendidikan akan
tapi masih banyak kaum-kaum marginal yang dari segi pendidikan dan ekonomi
mereka masih jauh dari kata tersentuh oleh indahnya program-program pemerintah
tersebut. Maka dari itu unsri mengajar ingin menjangkau keterbataasan
pendidikan bagi anak-anak yang belum berkesempatan mendapatkannya dan sebagai
aplikasi dari tugas mahasiswa yakni agen of change.
Berawal dari kegiatan
Bina Desa Program Kreativitas Mahasiswa
Pengabdian Masyarakat muncul ide untuk membentuk suatu program kerja Mengajar
di salah satu Departemen Organisasi Mahasiswa. Dimana hal ini dilakukan karena
realita lapangan kehidupan masyarkat di desa binaan tersebut jauh dan tak
tersentuh. kebijakan
pemerintah belum seutuhnya menyentuh masalah utama yang ada di masyarakat. Desa binaan unsri mengajar desa Tanjung Seteko tingkat pendidikan yang rendah
serta angka putus sekolah masih tergolong tinggi. Padahal keberadaan desa
Tanjung Seteko yang merupakan daerah terluas di indralaya dengan luas
38,20 km2, dekat dengan lokasi pusat pemerintahan kabupaten Ogan
Ilir yang hanya berjarak 5 km, berjarak dari pusat pendidikan tinggi
Universitas sriwijaya sejauh 1.5 km, tidak mendapat perhatian khusus baik dari
pendidikan, dan insfratruktur. Hal ini diperparah dengan belum masuknya akses
listrik sehingga membuat para siswa sulit untuk menggali ilmu pengetahuan di
malam hari padahal indralaya memiliki pembangkit listrik berkapasitas 40 MW. Serta jauhnya letak Bangunan pendidikan dari
jangkauan mereka.
Hampir tiga tahun bersama mereka, menyatu dalam kehidupan
mereka yang penuh dengan keterbatasan. Ada kebahagian tersendiri yang tak
pernah bisa diungkapkan dengan kata-kata, senyuman mereka yang selalu tersirat
mengatakan “Tenanglah tak ada yang harus dikhawatirkan” bertolak belakang
dengan situasi dan kondisi yang sebenarnya. Bersama mereka belajar berjuang hidup dalam keterbatasan. Maka dari
itu, Unsri mengajar membentuk wadah dan strktural sendiri agar lebih leluasa
dalam melakukan pergerakan dimana apabila tetap bertahan sebagai program kerja
dalam Departemen Organisasi Mahasiswa tersebut tentunya akan banyak halangan
birokrasi yang rumit.
Setelah adanya kesepakatan dengan organisasi tertinggi
Mahasiswa yang menaungi Unsri mengajar itu sendiri, saat ini Unsri Mengajar
merupakan bentuk Badan Semi Otonom yang diberikan kekuasaan untuk mengambil
keputusan, sehingga leluasa bergerak tanpa hambatan dari birokrasi kampus.
Unsri mengajar tidak serta-merta hanya kegiatan belajar mengajar saja, tetapi
ada beberapa program kerja lainnya yang dilakukan seperti Bazar baju murah,
Gerakan satu barang sejuta senyuman sebagai wadah Pendanaan bagi Unsri
mengajar, karena setelah resmi menjadi Badan Semi Otonom, Unsri mengajar
terlepas dari pendanaan Kegiatan Kemahasiswaan Kampus. Sehingga untuk terus
berjalan Unsri mengajar harus Mandiri dalam Pendanaan. Selain itu ada
kegiatan-kegiatan lainnya seperti, Gerakan Sehat Sehari sebagai kegiatan untuk
perbaikan gizi anak-anak dalam ruang lingkup Unsri Mengajar. Dan ada satu
kegiatan yang sedang dalam proses yaitu Gerakan Orang Tua Asuh, merupakan Gerakan
Pencarian dan Penghimpun donasi untuk biaya hidup dan pendidikan dengan tujuan
mengurangi angka putus sekolah serta meningkatkan kualitas pendidikan bagi
anak-anak didik Unsri Mengajar. Dengan harapan bahwa melalui Gerakan Orang Tua
Asuh ini, bisa menjadi langkah awal untuk mencerdasarkan anak-anak bangsa
khususnya di Desa Tanjung Seteko dan panti asuahan Al Ali. Pola pengasuhan
dalam program ini diartikan sebagai pemberian jaminan biaya pendidikan bagi
anak-anak yatim dan pelajar dari keluarga kurang mampu (dhuafa) sekaligus
membangun “ikatan kasih sayang” antara anak asuh dan orang tua asuh melalui
berbagai saluran komunikasi secara intensif.
Bila ingin mencari komunitas gerakan mahasiswa yang
mengabdi tanpa pamrih, dan bervisi mencerdaskan bangsa maka unsri
mengajarlah tempatnya. Karena di unsri mengajar inilah para mahasiswa sebagai
pemuda – pemudi bangsa mengabdikan diri, pemikiran, dan waktunya untuk mau
bertanggung jawab atas kualitas generasi bangsa selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar