Kamis, 19 Februari 2015

Mereka? Ilmu dan Cinta Untuk Anak Negeri


aku belajar dan tersenyum dari mereka, mereka yang begitu tangguh, yang selalu menguatkan jiwa ini untuk terus berjuang meraih mimpi :)

Oleh : Sherly Damayanti (Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya)


Pendidikan adalah induk semang kebudayaan, ketika suatu Negara memiliki kualitas pendidikan yang baik maka akan berdampak pada peningkatan segala sektor lain seperti ekonomi, pembangunan, kesehatan, pertanian, dan lain-lain. Negara kita Indonesia sebagaimana termaktub dalam UUD 1945 akan menjamin pendidikan anak bangsa, seperti tercantum pada pasal 31 ayat 1 dan 2 bahwa: “setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) nyatanya belum mampu mengentaskan masalah pendidikan itu sendiri.

Sebagai agen perubahan, mahasiswa bertindak bukan ibarat pahlawan yang datang ke sebuah negeri lalu dengan gagahnya mengusir penjahat-penjahat dan dengan gagah pula sang pahlawan pergi dari daerah tersebut diiringi tepuk tangan penduduk setempat. Dalam artian tidak hanya menjadi penggagas perubahan, melainkan menjadi objek atau pelaku dari perubahan tersebut. Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan besar dan membuat para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas. Sadar atau tidak, telah banyak pembodohan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh pemimpin bangsa ini. sebagai mahasiswa seharusnya berpikir untuk mengembalikan dan mengubah semua ini. Perubahan yang dimaksud tentu perubahan kearah yang positif dan tidak menghilangkan jati diri sebagai mahasiswa dan Bangsa Indonesia. Namun untuk mengubah sebuah negara, hal utama yang harus dirubah terlebih dahulu adalah diri sendiri.

Peran sentral perjuangan Mahasiswa sebagai kaum intelektualitas muda memberi secercah sinar harapan untuk bisa memperbaiki dan memberi perubahan-perubahan positif di negeri ini. Tidak dipungkiri, bahwa perubahan memang tidak bisa dipisahkan dan telah menjadi sinkronisasi yang mendarah daging dari tubuh dan jiwa para mahasiswa. Dari mahasiswa dan pemudalah selaku pewaris peradaban munculnya berbagai gerakan-gerakan perubahan positif yang luar biasa dalam lembar sejarah kemajuan sebuah bangsa dan negara.

Unsri mengajar adalah salah satu implementasi tiga dasar pendidikan tinggi yaitu pengabdian. Yang mana di unsri mengajarlah inilah tempat para mahasiswa ikhlas dalam berbakti dan mengabdi kepada masyarakat. Ditengah banyaknya program pemerintah yang digulirkan mengenai pendidikan akan tapi masih banyak kaum-kaum marginal yang dari segi pendidikan dan ekonomi mereka masih jauh dari kata tersentuh oleh indahnya program-program pemerintah tersebut. Maka dari itu unsri mengajar ingin menjangkau keterbataasan pendidikan bagi anak-anak yang belum berkesempatan mendapatkannya dan sebagai aplikasi dari tugas mahasiswa yakni agen of change.

Berawal dari kegiatan Bina Desa Program Kreativitas  Mahasiswa Pengabdian Masyarakat muncul ide untuk membentuk suatu program kerja Mengajar di salah satu Departemen Organisasi Mahasiswa. Dimana hal ini dilakukan karena realita lapangan kehidupan masyarkat di desa binaan tersebut jauh dan tak tersentuh. kebijakan pemerintah belum seutuhnya menyentuh masalah utama yang ada di masyarakat. Desa binaan unsri mengajar desa Tanjung Seteko tingkat pendidikan yang rendah serta angka putus sekolah masih tergolong tinggi. Padahal keberadaan desa Tanjung Seteko yang merupakan daerah terluas di indralaya dengan luas 38,20 km2, dekat dengan lokasi pusat pemerintahan kabupaten Ogan Ilir yang hanya berjarak 5 km, berjarak dari pusat pendidikan tinggi Universitas sriwijaya sejauh 1.5 km, tidak mendapat perhatian khusus baik dari pendidikan, dan insfratruktur. Hal ini diperparah dengan belum masuknya akses listrik sehingga membuat para siswa sulit untuk menggali ilmu pengetahuan di malam hari padahal indralaya memiliki pembangkit listrik berkapasitas 40 MW.  Serta jauhnya letak Bangunan pendidikan dari jangkauan mereka.

Hampir tiga tahun bersama mereka, menyatu dalam kehidupan mereka yang penuh dengan keterbatasan. Ada kebahagian tersendiri yang tak pernah bisa diungkapkan dengan kata-kata, senyuman mereka yang selalu tersirat mengatakan “Tenanglah tak ada yang harus dikhawatirkan” bertolak belakang dengan situasi dan kondisi yang sebenarnya. Bersama mereka belajar  berjuang hidup dalam keterbatasan. Maka dari itu, Unsri mengajar membentuk wadah dan strktural sendiri agar lebih leluasa dalam melakukan pergerakan dimana apabila tetap bertahan sebagai program kerja dalam Departemen Organisasi Mahasiswa tersebut tentunya akan banyak halangan birokrasi yang rumit.

Setelah adanya kesepakatan dengan organisasi tertinggi Mahasiswa yang menaungi Unsri mengajar itu sendiri, saat ini Unsri Mengajar merupakan bentuk Badan Semi Otonom yang diberikan kekuasaan untuk mengambil keputusan, sehingga leluasa bergerak tanpa hambatan dari birokrasi kampus. Unsri mengajar tidak serta-merta hanya kegiatan belajar mengajar saja, tetapi ada beberapa program kerja lainnya yang dilakukan seperti Bazar baju murah, Gerakan satu barang sejuta senyuman sebagai wadah Pendanaan bagi Unsri mengajar, karena setelah resmi menjadi Badan Semi Otonom, Unsri mengajar terlepas dari pendanaan Kegiatan Kemahasiswaan Kampus. Sehingga untuk terus berjalan Unsri mengajar harus Mandiri dalam Pendanaan. Selain itu ada kegiatan-kegiatan lainnya seperti, Gerakan Sehat Sehari sebagai kegiatan untuk perbaikan gizi anak-anak dalam ruang lingkup Unsri Mengajar. Dan ada satu kegiatan yang sedang dalam proses yaitu Gerakan Orang Tua Asuh, merupakan Gerakan Pencarian dan Penghimpun donasi untuk biaya hidup dan pendidikan dengan tujuan mengurangi angka putus sekolah serta meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak didik Unsri Mengajar. Dengan harapan bahwa melalui Gerakan Orang Tua Asuh ini, bisa menjadi langkah awal untuk mencerdasarkan anak-anak bangsa khususnya di Desa Tanjung Seteko dan panti asuahan Al Ali. Pola pengasuhan dalam program ini diartikan sebagai pemberian jaminan biaya pendidikan bagi anak-anak yatim dan pelajar dari keluarga kurang mampu (dhuafa) sekaligus membangun “ikatan kasih sayang” antara anak asuh dan orang tua asuh melalui berbagai saluran komunikasi secara intensif.

Bila ingin mencari komunitas gerakan mahasiswa yang mengabdi tanpa pamrih, dan bervisi mencerdaskan bangsa maka unsri mengajarlah tempatnya. Karena di unsri mengajar inilah para mahasiswa sebagai pemuda – pemudi bangsa mengabdikan diri, pemikiran, dan waktunya untuk mau bertanggung jawab atas kualitas generasi bangsa selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar