Sabtu, 20 Juni 2015

Sedang Menuju Kesini :)


Ia sedang bersiap, entah memersiapkan apa. Aku tidak tahu. Aku hanya tahu bila ia sedang bersiap. Aku juga akan bersiap.

Ia datang dari jauh, entah dari mana aku tidak tahu. Yang pasti, dia datang dari jauh. Buktinya kami belum juga bertemu meski waktu sudah bertahun berlalu.

Ia pasti orang baik. Aku yakin dia orang baik. Karena aku juga pasti menolak orang yang tidak baik, setidaknya dalam batas pengetahuanku tentangnya.

Ia pasti sedang berdoa. Entah apa yang dia doakan. Aku merasa sedang berusaha mewujudkan doanya itu. Belajar menjadi orang baik, mencari ilmu tentang segala sesuatu untuk hari nanti. Bersiap diri. Belajar ini dan itu. Agar ketika ia datang, ia takjub karena doa-doanya menjadi kenyataan dalam diriku.

Ia pasti sedang menuju ke sini. Aku tidak tahu sudah sampai mana perjalanannya. Tapi aku percaya, ia sedang ke sini.

Hallo, Apa Kabar disini aku masih menantimu. Ujarnya ...

Jumat, 19 Juni 2015

Karena apa (?) ...



Kira-kira apa yang membuatmu cinta? Aku penasaran ingin tahu. Aku tidak baik, menurutku sih ...

Aku bulat, kata orang banyak begitu. Legam. Tidak lebih menarik dengan orang lain di luar sana. Aku tidak suka memakai pakaian terkini. Aku ya seperti ini. Aku berantakan. Kira-kira apa yang membuatmu cinta?

Aku tidak suka membaca buku seperti kamu. Aku juga  suka melakukan perjalanan menyeramkan. Bagiku naik gunung itu adalah pembelajaran. keras kepala. Kira-kira apa yang membuatmu cinta?
Agamaku pun belum begitu baik. Aku tidak sebaik dirimu dalam hal ini. Tidak serutin kamu membaca kitab suci. Tidak sepandai kamu menjaga pergaulan. Aku masih bersalaman dengan lawan jenis. Sementara kamu, begitu santun menjaga diri. Aku tidak mengerti. Kira-kira apa yang membuatmu cinta?
Aku tidak lemah lembut. Kata-kataku keras. Begitu egois. Aku tidak tahu. Kira-kira apa yang membuatmu cinta?

Aku tidak suka kopi. Tentu tidak bisa menemanimu minum kopi seperti keseharianmu. Lebih dari itu, aku mungkin tidak bisa menemanimu minum kopi kesukaanmu sambil membaca buku. Ah, aneh. Kira-kira apa yang membuatmu cinta?

Lalu apa katamu tadi, “Aku tidak sedang mencari teman minum kopi atau membaca buku. Aku mencari teman hidup di dunia dan akhirat. Seseorang yang bisa bersama menuju-Nya. Dan aku tidak peduli dengan yang selain itu”.

Sungguh, Ah aku tidak mengerti kata-katamu.

Kamis, 18 Juni 2015

Mencari Ketenangan (?)


Hidupnya begitu riuh, begitu ramai. Pikirannya tidak pernah habis memikirkan banyak hal, hidupnya disibukkan oleh begitu banyak pekerjaan. Seolah-olah waktunya habis untuk segala hal itu. Harus menjadi berbeda, hidup dalam ekspektasi banyak orang. Hingga, setiap kali dia kembali ke rumahnya yang sepi, ke kamarnya yang lebih sepi, ke hatinya yang jauh lebih sepi. Dia hanya duduk, membuka beberapa lembar catatannya dan menulis sesuatu yang tak pernah aku tahu apa isinya.

Selebihnya, dia merebahkan badannya dan memejamkan mata. Seolah-olah itulah ketenangan yang selama ini dia cari. Nyatanya bukan, pikirannya tetap riuh dengan pertanyaan, hatinya tetap khawatir dengan kemungkinan.

Dia memasang headset ditelinganya dan memutar lagu-lagu yang dia ciptakan sendiri. Dia buka kitab sucinya untuk mencari-cari sesuatu. Dia mencari ketenangan. Sedang dia sendiri tidak pernah tahu bagaimana dan seperti apa ketenangan yang dia maksud.

Di luar sana dia menenggelamkan diri dalam kegiatan, sibuk mendaftar ini dan itu, menjadi relawan ini dan itu, berharap bisa menemukan ketenangan itu di salah satu tempat yang dia datangi. Tapi, ternyata tidak demikian. Hatinya tetap tidak tenang. Bahkan, ibadah pun belum membuatnya tenang.

Dia terus berjalan, ia sudah mengenal dengan baik kelelahan, kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan. Semua
itu telah menjadi teman perjalanan yang tidak lagi mengkhawatirkan.

Karena hanya orang-orang yang mencarilah yang akan menemukan. Dia terus mencari ketenangan. Apabila ketenangan itu berwujud seorang manusia, maka pertemukan dan persatukanlah. Bila ketenganan itu berwujud rumah, maka dirikanlah. Bila ketenangan itu berwujud ibadah, maka teguhkanlah.

Dia melanjutkan perjalanan hidupnya yang sunyi.


Rabu, 17 Juni 2015

Dengan Cara (Kita) Sendiri

Kita akan (saling) jatuh cinta dengan cara kita sendiri. Tidak Peduli orang lain mau berkata apa, kita menikmati setiap waktu yang membuat jarak semakin dekat. kita akan jatuh cinta dengan cara kita sendiri. bukan dengan banyaknya pesan yang dikirim, bukan pula dengan banyaknya bunga yang diberikan. apalagi sekedar ucapan salam. tidak ada semua itu ...

kita akan saling jatuh cinta dengan cara kita sendiri. dengan buku yang sama, yang kita baca. dengan tulisan yang sama, yang kita tulis.dengan tidak memberi tahu satu sama lain bahwa masing-masing kita sedang sibuk berdoa. kita akan saling jatuh cinta dengan cara kita sendiri. Tidak ada pertemuan yang sering, tidak ada telepon yang berdering. Tidak ada semua itu ...

kita saling jatuh cinta dengan cara kita sendiri. dengan menulis catatan perjalanan rasa yang masing-masing kita miliki. tidak bisa diterjemahkan oleh orang lain selain kita sendiri. tidak akan dipahami maknanya kecuali oleh kita sendiri. dan kita bahagia karena ternyata kita jatuh cinta dengan cara yang aman.

kita akan saling jatuh cinta dengan cara kita sendiri. tanpa memberi tahunya, tanpa pernah menyebut namanya didepan orang lain, dan kita akan tetap berjalan dengan cara kita sendiri. tidak peduli orang mau bilang apa. kita menikmati setiap kali kita jatuh, setiap kali kita merasa aman bahwa cinta kita jatuh pada orang yang tepat.









                    

special for you ...

Selasa, 16 Juni 2015

I will always stay beside you and will always love you


Kita tidak perlu mengisi hidup orang lain bila ia memang tidak mau diisi, mungkin hatinya sudah penuh. Kita dengan sendirinya akan mengisi hidup orang-orang yang masih kosong. Dengan kita menjadi orang baik, dengan kita berbuat baik, dengan kita berlaku yang santun, menjadi orang yang ikhlas, dengan sendirinya orang lain akan menempatkan kita dalam posisi-posisi tertentu dalam hidupnya. Diberikan ruang dalam hatinya tanpa kita minta.

Kita cukup menjadi orang yang peduli, orang yang melakukan sesuatu tanpa mengharap sesuatu dari orang lain. Kita menjadi orang yang tulus. Tidak masalah dengan penolakan. Karena memang akan selalu ada orang yang tidak bisa menerima kita hadir dalam hidupnya karena alasan tertentu yang kita tidak tahu, tapi itu bukan sesuatu yang perlu kita salahkan.

Kita cukup terus berjalan, dan terus berbuat baik. Karena nanti, akan ada orang yang memberikan kita ruang yang sangat besar dalam hidupnya, ruang yang paling luas dan paling rahasia. Orang itu adalah orang yang nantinya menjadi rumah dimana tempat kita pulang dan tinggal. Karena ia menjadi orang yang paling bisa menerima kita saat kita pulang, seburuk apapun diri kita. Karena dalam ruang hatinya itu, kita menyimpan rahasia-rahasia terbesar dan dia bersedia menyimpan semua itu.

dan semua harapan akan ruang itu, aku selalu berharap dan berdoa adalah kamu ...
sosok yang telah lama, aku hanya mampu menitip harapan dalam diam, dalam ruang yang sunyi ...
mungkin hanya tuhan yang tahu ...

-------------------------------------------

Teruslah mencariku karena aku tidak pernah sembunyi. Kamu hanya sedang menutup mata, sedang teralihkan perhatian. Teruslah mencariku karena aku akan duduk menunggu. Pada sajadah panjang yang membentang dari langit hingga bumi.

Aku tidak pernah sembunyi, kamu hanya tidak berani. Tidak berani datang hanya untuk mengenalkan diri. Tidak apa-apa. Aku akan menunggu dengan buku-buku ditangan. Dan lembar-lembarnya adalah waktu yang telah aku habiskan.

Jangan pernah lelah mencariku, karena aku tidak pernah kemana-kemana. Kamu hanya perlu membuka diri, melihat dengan mata hati.

Aku ada di sini. Sejak lama. Menunggumu menyadari bahwa sebenarnya kamu terlalu jauh mencari.

               i will always stay beside you and will always love you ...

Marhaban Ya Ramadhan (.)



Pada saat menjalani kehidupan kita masing-masing. Mungkin kita pernah berselisih dengan seseorang. Pernah menyimpan kekesalan dan kekecewaan. Pernah merasa dikhianati atau ditinggalkan tanpa alasan. Pernah dibohongi bahkan mungkin dijauhi. Hingga hubungan kita dengan orang tersebut sempat hilang beberapa lama, mungkin dalam hitungan tahun.

Dulu sewaktu muda terutama. Sewaktu emosi masih pada tahap pematangan. Sewaktu pikiran belum sepenuhnya berpijak. Sebelum kebijaksanaan hidup menghampiri. Sewaktu logika masih pendek. Sewaktu perasaan masih mendominasi.

Hingga pada suatu ketika, direntang waktu yang cukup lama kita kembali dipertemukan dengan orang-orang tersebut. Sejatinya kita tidak lagi benci, hanya sungkan saja ingin menyapa. Ada perasaan tidak enak. Ada perasaan enggan.

Saya percaya bahwa waktu turut mengubah seseorang. Orang yang dulu berbuat tidak baik kepada kita telah berubah. Orang yang dulu meninggalkan kita telah berubah. Orang yang dulu menyakiti kita telah berubah. Banyak yang telah menjadi orang baik, diantara mereka banyak yang telah menjadi bijaksana. Diantara mereka banyak yang telah mencapai banyak hal sementara kita sendiri tertinggal jauh.

Haruskah kita tetap membencinya? Mungkin perasaan ini bukanlah benci, hanya enggan untuk menyambung silaturahmi. Atau mungkin malu mengakui bahwa kita telah memaafkannya dan memulai silaturahmi.

Mereka adalah orang-orang yang berhasil belajar dari kesalahan. Kita tidak lagi bisa menyamakan mereka dengan beberapa tahun belakangan. Ketika dulu mereka membuat kesalahan, terutama kepada kita. Mereka adalah orang-orang yang berhasil keluar dari pikiran mereka tentang masalahnya. Bergerak sedemikian cepat untuk memperbaiki diri. Sementara kita mungkin masih menyimpan dengki, membuat kita terkurung pada prasangka tersebut dan menjadi lamban bergerak.

Harus kita akui. Memang mereka memiliki kesalahan kepada kita di masa sebelumnya. Ketika kita masih sama-sama muda, sama-sama emosional. Dan mereka telah belajar dari kesalahan sehingga membentuk mereka yang seperti sekarang. Begitu mengagumkan. Dan kita sungguh tidak bisa menilai mereka hanya karena kesalahannya di masa lalu kepada kita.

Ketika kita mampu menyadari itu semua. Kita telah belajar menjadi selangkah bijaksana. Memaafkan dan mengakui bahwa kita tidak belajar lebih banyak dari mereka. Dan kita tertinggal beberapa langkah.


Marhaban ya Ramadhan ...
Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin :)
(?)

Sabtu, 13 Juni 2015

entah itu (kamu) [!]



Aku ingin mencintaimu seperti kala kita belum bersatu,
dimana setiap malamku aku duduk mengadu
Tentang perasaan yang tak kunjung bertemu,
tentang kepastian yang saling tunggu.

Perasaan yang sama tidak serta merta membuat dua orang bersatu,
karena setiap perasaan memerlukan kepastian
memerlukan kesaksian, memerlukan ikatan.

Ku kira diantara kita ada jarak,
Kau tahu sebarapa jauh jarak diantara kita?
Hanya sebaris kalimat dan sebaris jawab.


“Aku mencintaimu dan aku mau mewujudkannya dalam tindakan”.
“Tidak usah,” katamu menolak tawaran.
Lalu, dilain waktu kamu justru resah menanti seseorang yang kamu harap datang. Meski keberadaannya tidak pernah kamu ketahui, bahkan cintanya pun tidak kamu mengerti. Kamu memilih ketidakpastian daripada kepastian. Bukankah selama ini kamu sendiri yang menuntut kepastian?

Ketika kamu mencari kepastian, aku datang menawarkannya. Lalu, kamu justru ragu memberikan kepercayaan. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya kamu cari.

Di lain hari kamu resah mencari. Mencari sesuatu yang jauh, sesuatu yang bahkan tidak kamu kenali. Sesuatu yang katanya telah disiapkan Tuhan bahkan sejak kamu belum lahir. Apa kamu tidak pernah bertanya pada diri sendiri bahwa mungkin ia menciptakan kita sebagai takdir itu?

Aku mungkin harus menghilang dari kehidupanmu agar kamu sadar dan menyadari bahwa ada yang hilang dalam hidupmu. Kesadaran yang membuatmu mengerti bahwa ada orang yang memiliki perasaan yang bahkan tidak kamu rasakan. Bahwa ada orang yang mencintaimu kala kamu takut dan bertanya-tanya apakah ada orang yang bisa jatuh cinta padamu.

Saat ini mungkin kita hanya bertemu. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi dikemudian hari. Harapanku dan harapanmu mungkin saja berbeda. Namun, siapa sangka bila ternyata muara kita sama. Aku berdoa seperti itu, entah kamu.

Kamis, 11 Juni 2015

Rahasia "<>"




sing ...

aku mencintaimu walau aku tak beritahumu
jadi semenjak dulu cinta itu telah lama lahir
sajak dan bait begitu mengalir
tuntun penaku menulis tentangmu
kini rahasia semakin tak kuat
aku menyimpannya terlebih ada kamu
rahasia terdalam di hatiku
yang kan aku bilang bila tiba waktunya
aku mencintaimu walau aku tak beritahumu
sajak dan bait begitu mengalir
tuntun penaku menulis tentangmu
kini rahasia semakin tak kuat
aku menyimpannya terlebih ada kamu
rahasia terdalam di hatiku
yang kan aku bilang bila tiba waktunya

seperti lirik lagu nyanyian vania larissa diatas :
Aku sedang menjadi rahasia sebagaimana kamu pun sedang dirahasiakan. Di antara banyaknya manusia berlalu lalang, mungkin kita pernah berpapasan.

Bisa jadi kita lupa sedang kemana, bisa jadi kita tidak tahu dimana tujuan kita. Karena semua rahasia. Sesuatu yang akan kita ketahui tapi nanti.

Kita tidak bisa mengetahui rahasia kecuali menjadi rahasia itu sendiri. Kita akan duduk bersama saling membuka diri, membicarakan masa depan dengan saling pandang.

Kita menjadi rahasia. Sampai diantara kita membuka dirinya. Kita akan menjadi rahasia. Sampai disaat kita memutuskan untuk hidup bersama.

Hari ini kita mengetahui apa yang dulu kita cari, yang kita pertanyakan. Hari ini kita mengetahui, rahasia yang dulu disembunyikan Tuhan. Ternyata kita dipasangkan.


Rabu, 10 Juni 2015

Pasti (akan) Ada


 ..............

Pasti ada orang yang mampu menerimamu, seburuk apapun masa lalu yang kamu miliki. Orang yang bisa dengan lapang menerima masa lalu itu dan menenangkanmu dengan kata-katanya.

Bahwa itu tidak masalah baginya, karena ia melihatmu hari ini dan mengajakmu ke masa depan.

Pasti ada orang yang bisa menerima segenap kekuranganmu. Ketika kamu sibuk menutupinya. Ia akan tersenyum dan mengatakan kepadamu untuk menjadi dirimu sendiri saja. Apa adanya.

Akan ada orang yang rela memberikan segenap perhatian hidupnya untukmu. Meski kamu pada dasarnya bukan siapa-siapa. Dia ada untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanmu diatas. Apa ada orang yang bisa menerimamu? Jawabnya, ada.

Akan ada dan pasti ada. Orang yang bisa menerimamu sedemikian rupa. Kamu akan menemukannya hanya bila kamu berani mengungkap dengan jujur tentang siapa dirimu. Bagaimana masa lalumu. Apa saja ketakutanmu.

Kau akan menemukannya saat kau berani jujur tentang dirimu sendiri.
terimakasih untuk kamu. seseorang yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah dan memberikan nasihat bagi diri ini ...
jarak dan waktu mungkin memisahkan untuk saling bertatap muka, tapi tidak memisahkan tali silahturahmi yang ada ...
terimakasih untuk segenap waktu yang diberikan untukku, untuk menjadi seorang abang yang mampu menjadi sandaran adiknya ...
entah apa yang harus terucap, begitu banyak pengertian yang diberikan ...
aku merindukannya ...
merindukan untuk bertatap muka dengannya ...
sosok yang saat ini ada sebagai sandaran dalam suka maupun duka ...
sampai bertemu dilain waktu bang, percaya Allah akan memberikan waktu untuk kita bertemu (lagi) ...
semangat untuk kuliahnya disana, aku pasti datang untuk bersama menimba ilmu di negeri yang saat ini kamu berada ...
nanti kita suksesnya bareng-bareng loh yaa :-p
love youu and miss you so "del" ...


Selasa, 09 Juni 2015

Perempuan yang mencari-cari


Aku bertempat dimana aku dikelilingi oleh laki-laki yang baik dan luar biasa. Aku berteman dengan baik kepada mereka. Jika aku merekomendasikan untuk temen sepermainanku yang dirundung galau jodoh, aku selalu merekomendasikan mereka.Tapi aku tak pernah merekomendasikan untuk diriku sendiri. Sampai aku bertanya-tanya.
Sebenarnya apa yang kurang dan dimana letak kekurangannya?
Apakah harus jatuh cinta terlebih dahulu?
Aku berteman baik dan mengetahui bahwa kebaikan mereka tak lagi diragukan, tanggungjawabnya pun tak pernah aku sangsikan. Meski ada beberapa sifat yang aku kurang menyukainya, tapi itu bukan sesuatu yang signifikan untuk mengurangi kesalehannya. Tapi ...
mengapa aku sama sekali tak tertarik?
Apakah harus jatuh cinta terlebih dahulu?
Aku, mengapa aku lebih suka mengejar-ngejar harapan pada seseoarang yang bahkan aku tak tau rimbanya. Yang bahkan tak pernah aku pahami akhlaknya. Yang aku sendiri tak tahu kejelasannya. Padahal aku dikelilingi oleh orang-orang baik yang misalpun menjadi pendamping hidup, aku percaya ia akan menghormatiku dengan pemahamannya yang baik.
Apakah harus jatuh cinta terlebih dahulu?
Aku bertanya-tanya, mengapa mencari yang jauh penuh tidak kejelasan sementara disekelilingku, aku dapati banyak kebaikan yang siap memberikan seluruh kebaikan hidupnya. Laki-laki yang tidak lagi mempermasalahkan siapa jodoh yang datang kepadanya, dia akan menerimanya dan menanggungkan surga yang amat berat dan mahal itu sebagai bayaranya.
Apakah harus jatuh cinta terlebih dahulu?
Aku bertanya apa itu cinta? Apakah aku sendiri sudah tidak bisa membedakan antara cinta dan nafsu syahwat? Aku ragu dan aku tak tahu sebenarnya apa yang aku cari, di tengah kemelut pemikiran yang membingungkan ini.
Kamu datang.Memberikan jawaban atas pertanyaanku.
Apakah harus jatuh cinta terlebih dahulu?
Ternyata bukan. Melaikan aku menyukai caramu mendatangiku. Kau tahu, aku terkesan kepada penghormatanmu kepadaku. Ah, ternyata aku hanya butuh di datangi terlebih dahulu dengan kebaikan. Cinta itu akan tumbuh berkembang kemudian.
Terima kasih telah datang. meskipun nanti ...

Minggu, 07 Juni 2015

(Jangan) Pedulikan Aku


Aku adalah orang hilang. Hilang dari diri sendiri. Berjalan mencari sejauh-jauhnya perjalanan hati. Aku kehilangan rasa damai dan cinta bahkan kehilangan jati diri. Aku tidak tahu di mana masa depanku berada. Orang-orang yang datang ke dalam hidupku tidak aku beri tempat karena aku tidak memiliki tempat untuk mereka sama sekali, di mana hati itu berada.

Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diri sendiri. Aku merasa sendiri meski orang-orang ingin peduli. Aku merasa bahagia yang aku tidak tahu sebabnya, sedihpun begitu. Aku adalah kekosongan. Bahkan aku tidak tahu hendak ke mana hidup ini.
Sesekali datang orang yang ingin melindungi tapi aku tidak butuh itu, aku bisa melindungi diri sendiri. Dilain waktu datang orang yang ingin menemani, aku tidak butuh teman. Aku butuh diriku sendiri. Aku telah membuat menangis banyak orang, sebab itu pula aku menangis di sudut kamar. Karena aku tidak tahu dan mengerti, apa yang terjadi.


Aku seperti mati rasa. Aku tidak tahu bagaimana ikut merasakan sedih dan bahagianya orang lain. Sekalinya ikut merayakan aku hanya memberi ucapan. Aku tidak tahu siapa aku, aku tidak mengerti untuk apa aku, hidup.

Aku takut pada kemungkinan menikah. Hidup dengan orang lain yang asing. Hidup berbagi ranjang tidur. Berbagi piring dan gelas. Berbagi makanan. Aku tidak ingin satu orangpun mengusik hidupku. Aku belum selesai dengan hidupku sendiri.

Lalu tibalah orang lain yang tak pernah aku mengerti dan masuk kedalam hidupku. Aku tidak mengijinkannya tapi tidak juga melarangnya.  Aku tidak tahu jika dia tidak mudah menyerah. Seperti inikah orang yang akan mengusik hidupku? Aku tidak tahu.

Aku tidak peduli dia mau jungkir balik atau gantung diri. Aku hanya tahu dia terlalu peduli dan aku tidak suka dipedulikan. Aku sudah biasa melakukan banyak hal sendiri dalam hidup ini. Aku tidak tahu jika dia keras kepala. Aku tidak peduli dia mau menungguku berjam-jam hanya untuk sepatah dua patah kata, aku tidak peduli. Tapi dia peduli.

Aku belum selesai dengan diriku sendiri. Dan aku tidak ingin satu orang pun mengusik hidupku. Aku ingin mencari diriku yang entah siapa, untuk apa hidup, dan mengapa aku ada. Aku tidak mengerti mengapa hidupku seperti ini. Aku tidak tahu apa yang sedang Tuhan rencanakan. Aku tidak tahu bagaimana merasakan dunia ini, aku tidak peduli dengan dunia ini.

Dan kamu, aku tidak peduli. Dan kamu hanya menanggapinya biasa saja, aku jengkel sekali dengan responmu. Aku berharap kamu menjauh saja, tapi mengapa kamu tetap di tempat? ...

Rabu, 03 Juni 2015

belajar mensyukuri hidup


Ketika kamu bertanya-tanya tentang alasan mengapa kamu hidup, mengapa kamu harus ada di dunia ini. Sementara kamu merasa hidupmu tidak berjalan sebagaimana maumu, sebagaimana kebahagiaan yang kamu inginkan, atau angan yang diharap menjadi kenyataan. Pertanyaan-pertanyaan itu mengusikmu seolah-olah menjadi sebuah pembenaran untuk menyudahi sebuah kehidupan.

Ketika kamu bersikeras bahwa hidupmu tidak berarti atau tidak memberi arti, hanya mempersulit hidup orang lain disekitarmu. Keberadaanmu membuat mereka bersedih atau terluka. Ketahuilah bahwa itu adalah asumsi yang kamu benar-benarkan.

Hidupmu diciptakan sedemikian rupa untuk mengujimu dan tidak pernah ada ujian hidup yang melebihi kemampuan seseorang. Itu keniscayaan. Pikiran kita sendirilah yang membatasi semua itu, pikiran kita menggerakan seluruh langkah kita menjadi keliru, pikiran kita mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang semakin jauh dari titik terang.

Belajarlah untuk mengendalikan pikiran kita. Menjaganya tetap jernih dan positif, menjaganya agar jangan sampai menjadi pendek, membuat kesimpulan yang keliru, membuat keputusan yang salah.

Bagaimana cara kita mengajarkan pikiran kita menjadi demikian? Sulit tapi pasti bisa dilakukan. Adalah dengan banyak-banyak bertemu manusia yang tidak kamu kenali, memudahkan urusan mereka dengan menolongnya. Menyedekahkan tenaga, harga, bahkan pikiran kita untuk hidup orang lain. Bertemu dengan sebanyak-banyak manusia. Lebih banyak melihat ke bawah, melihat lebih dekat kepada orang-orang yang lahir tidak seberuntung kita.

Masalah hidup mereka jauh lebih banyak dan mereka tetap berjuang untuk hidup. Masalah kita mungkin baru sebatas patah hati atau sebatas masalah-masalah seperti drama televisi, Hidup orang lain tidak semudah hidup kita, bahkan untuk urusan makan esok hari, sementara kita membuang banyak rejeki ke dalam tong sampah.

Hidup kita adalah sebuah keberuntungan besar, setidak menarik apapun jalan cerita yang sedang dijalani saat ini, percayalah bahwa kita bisa membuat cerita itu menjadi menarik dengan pikiran kita. Dengan melihat sesuatu dari sudut pandang yang baru.

Selamat mensyukuri hidup, sesuatu yang mungkin akan kita sesali ketika mati ketika kita lupa mensyukurinya.



Selasa, 02 Juni 2015

edisi nge-Hijabers

Bagiku hijab adalah suatu kebaikan yang teramat berharga. Ia merupakan kebanggaanku, kehormatanku, kemuliaanku, juga ciri khas serta identitasku sebagai seorang Muslimah. Maka dengan mengharap keridhaan dari Rabb-ku Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi, aku menghendaki agar kebaikan yang kurasakan bersama hijab

banyak yang menanyakan kenapa belum berhijab? padahal kamu berada disekeliling mereka?
ini sebuah kesalahanku ...
entah bagaimana aku mempertahankan sebuah komitmen dan sebuah prinsip. tapi ini realitanya. aku tidak pernah menghendaki sesuatu yang setengah, aku ingin genap. siap lahir dan bathin. aku takut dosa, sadar bahwa aku hanyalah makhluk yang lemah, tidak ingin mempermainkan apa yang menjadi perintahnya. namun aku bertekad kelak akan ada waktunya untuk aku berhijab, seperti ini ...

Ceritanya salah satu anak kosan beli jilbab baru, yaudah lagi musim selfie, langsung caw nyelfie ...






muka absurnya aku sama rere ga pernah bisa bener, wkwkw
Padang-Jawa lagi berkolaborasi, hahaha




 Bahagia itu sederhana banget, kapan pun dan dimanapun. yuk selfie ..
 berdua lahir dari darah jawa, alhasil mukanya semanis ini, ciye ciye ...

selfie lagi, lagi dan lagi ..

 dimana-mana selfie, hahah

 bersama anak minang yang alay dan koplak (rere) wkwwk








disini akunya sok belajar exotis gitu mukanya flatt broh ..
 Selfie terakhir sama wening (again) yeahh ..

Tunggu

Hallo ...
senang sekali bisa langsung berdiskusi dan berbagi cerita sama mas gun dan kak fina, mereka berdua orang-orang yang luar biasa alumni FIM #16. wow ...
karena sama-sama hobi menuangkan apa yang ada dipikiran kedalam bentuk tulisan. saudara jauh yang pengen banget bisa ketemu langsung, dan tiba-tiba saja ka fina kirim sajak dibawah ini buat aku ...
Bagaimana jika tidak ada lagi orang yang mau menunggumu? Ia yang kamu percaya akan menunggumu, ternyata pergi meninggalkanmu. Selama ini hanya perasaanmu saja, merasa bahwa orang lain akan mau menunggu ketidakpastian datangmu. 
Bagaimana jika tidak ada lagi orang yang mau menunggumu. Karena kamu tidak pernah tepat waktu. Sampai kapan kamu berharap orang lain akan selalu bisa memahami keterlambatanmu? Sampai kapan kamu berpikir bahwa orang lain selalu bisa menerima ketidaktepatanmu? 
Mungkin sampai kamu benar-benar merasa tidak satu orang pun lagi yang mau menunggumu. Mungkin saat itu baru kamu sadar. Bahwa kamu telah membuang orang-orang yang tadinya begitu sabar terhadapmu. Dan kini, mereka meninggalkanmu, katamu.
Sadarkah, bahwa kamu yang meninggalkan mereka. Karena kamu tidak pernah menghargai waktu yang mereka miliki. Karena kamu telah menyia-nyiakan kepercayaan yang telah ia berikan. Karena kamu telah menahan mereka untuk maju. Hanya demi menunggumu, yang tidak pernah mereka bisa pastikan. Kapan datangnya.
Bagaimana perasaanmu, saat kamu tahu tidak ada satu orang pun yang mau menunggumu (lagi)?
Temanggung, 30 Januari 2014 | ©kurniawangunadi
sebenernya itu narasi sudah lama banget dibuat tapi, entah ada gerangan apa kak fina mengirimkannya. setelah aku pahami setiap makna yang ada dalam kalimatnya aku baru sadar ternyata itu mungkin ada dalam kehidupanku.
aku selalu meminta orang-orang menunggu, menunggu waktu yang tepat untuk kedatanganku, tanpa pernah menanyakan keadaan mereka baik atau buruk, bosan atau tidak dan bla bla bla ..
apa aku begitu egois? 
waktu tidak pernah memberi kan ruang untuk aku menjelaskan segala sesuatunya. tidak menerima apa yang menjadi alasanku, egois mana aku atau waktu?
saat ini hanya dua kata yang selalu aku naungkan.

"maaf dan terimakasih" hanya itu ...

Senin, 01 Juni 2015

Apakah Kamu Akan Berubah Pikiran ?


Apabila kamu mengetahui yang sebenarnya tentang orang yang dulu kamu tolak kehadirannya. Bahwa dia adalah orang yang paling sabar menunggumu, paling depan dalam memudahkan setiap urusan hidupmu secara sembunyi-sembunyi. Apakah kamu akan berubah pikiran?

Apabila kamu mengetahui sebenarnya tentang orang yang dulu kamu tolak cintanya. Bahwa dia adalah orang yang paling sibuk mempersiapkan diri, paling teliti mendoakanmu. Apakah kamu akan berubah pikiran?

Apabila kamu mengetahui yang sebenarnya tentang orang yang dulu tidak kamu beri kesempatan. Bahwa dia adalah orang yang paling kehilanganmu setelah itu. Apabila kamu mengetahui segala sesuatu yang tidak kamu ketahui sebelumnya tentang orang itu dan apa yang telah dia lakukan untukmu selama ini. Apakah kamu akan berubah pikiran?

Apabila kamu mengetahui yang sebenarnya. Dia telalu malu untuk mengungkapkan perasaannya. Sebab itu butuh bertahun lamanya untuk memberanikan diri. Dia terlalu jauh merasa tidak cukup setara denganmu. Sebab itu dia butuh bertahun lamanya untuk meningkatkan diri. Dan ia hanya datang tidak lebih cepat dari orang lain. Apabila kamu mengetahui yang sebenarnya, apakah kamu akan berubah pikiran?

* * * * *

Aku meletakkan surat itu. Surat yang dikirim oleh seorang teman baik. Ia sedang menceritakan tentang seseorang yang dulu sempat ada dalam hidup. Kini dia hilang, hilang bagai ditelan bumi. Apakah aku tak cukup peka mengetahui hatinya. Kini dia hilang, mungkin sedang menata ulang. Aku hanya tidak tahu itu semua. Aku tidak pernah tahu tentang apa yang dia simpan. Rumit

Perjalanan : apa yang menjadi peilihanmu (?)


Perjalanan sudah sejauh ini. Kapan berhenti? Sudah beberapa kali terjatuh, beberapa kali berhenti, menyangka sudah sampai tujuan tapi ternyata belum sampai. Menyangka sudah bertemu rumah, tapi ternyata milik orang lain.

Perjalanan sudah sejauh ini. Sudah lelah rasanya, tapi jangan sampai langkah kaki ini berhenti begitu saja. Perjalanan ini masih membutuhkan kesabaran dan ketabahan. Harus mengalami panas dan hujan sepanjang perjalanan. Terik dan tak ada pohon peneduh. Hujan dan tak ada tempat menghangatkan diri. Tapi langkah kaki jangan sampai berhenti.

Perjalanan ini benar-benar membutuhkan keberanian. Keberanian mengambil keputusan di persimpangan. Karena sekali langkah itu diambil tidak akan pernah ada lagi alasan untuk kembali. Karena setiap keputusan yang diambil dalam perjalanan ini adalah keputusan permanen. Keputusan yang tidak bisa dibatalkan, keputusan yang akan menggema sepanjang perjalanan berikutnya.

Sudah sejauh ini. Entah kapan akan berhenti. Entah kapan akan tinggal menetap. Entah kapan akan menemukan tempat dimana kata rumah itu tidak hanya menjadi impian, tapi berubah menjadi kenyataan. Entah siapa yang akan memutuskan perjalanan ini. Entah dimana berhentinya. Yang penting saat ini, semeresahkan apapun keadaan disertai ketidakpastian. Jangan berhenti melangkah.



tak selamanya akan seperti ini, kita harus memilih, menentukan apa yang menjadi pilihan, berdoa untuk yang tebaik. kini apa yang menjadi pilihanmu (?) ..

 ... silahkan pergi

Sudah berapa lama kamu membiarkan bus lewat begitu saja. Padahal kamu tahu tujuanmu tidak di sini. Kamu harus melanjutkan perjalanan meski meninggalkan sesuatu itu berat.
Aku tidak tahu lebih berat mana antara meninggalkan atau ditinggalkan. Karena sejauh ini, aku selalu menjadi yang ditinggalkan. Aku masih bisa bertahan hingga hari ini. Itu tandanya aku cukup kuat untuk menjadi yang ditinggalkan lagi. Tapi, tanganmu tak kunjung kuasa melambaikan tangan ke bus yang lewat. Hanya diam saja. Apa yang memberatkanmu?

... Tunggulah  


Bila yang akan kamu tunggu itu sesuatu yang berharga, maka tunggulah. Karena mungkin tidak akan ada lagi yang demikian. Karena menunggu itu pun tidak untuk selamanya kan? Tidak akan menghabiskan seluruh hidupmu kan?
Bila yang akan kamu tunggu itu adalah sesuatu yang benar-benar membuat hidupmu akan menjadi lebih baik, maka tunggulah. Meskipun orang lain kehabisan sabar terhadap kesabaranmu, biarkan saja. Karena kamu lebih tahu tentang dirimu sendiri dan sesuatu yang sedang kamu tunggu itu. Kamu mungkin bisa mendapatkan pengganti yang lebih cepat, tapi menunggu akan membuat sesuatu menjadi semakin berharga.
Bila yang akan kamu tunggu adalah sesuatu yang pasti datangnya, maka jangan ragu untuk menunggu. Karena jarak dalam satuan waktu akan mengajarkan kita bagaimana menahan hawa nafsu, bagaimana kita menahan diri, dan bagaimana kita mengisi waktu dengan hal-hal yang baik selama menunggu.
Dalam menunggu, kamu harus membayar dengan waktumu untuk sesuatu yang paling kamu inginkan. Sebuah harga mahal dari menunggu, karena waktu kamu tidak akan pernah bisa diganti bahkan dikembalikan. Dan untuk sesuatu yang berharga, aku percaya kamu siap membayar semua itu.
Dan bila kamu memintaku untuk menunggu, aku akan melakukannya. Karena aku tahu kamu sangat berharga dan aku juga tahu bahwa menunggu ini tidak selamanya, tidak akan menghabiskan seumur hidup.
Tunggulah sebentar. Sabar atau kamu akan kehilangan.