Selasa, 02 Juni 2015

Tunggu

Hallo ...
senang sekali bisa langsung berdiskusi dan berbagi cerita sama mas gun dan kak fina, mereka berdua orang-orang yang luar biasa alumni FIM #16. wow ...
karena sama-sama hobi menuangkan apa yang ada dipikiran kedalam bentuk tulisan. saudara jauh yang pengen banget bisa ketemu langsung, dan tiba-tiba saja ka fina kirim sajak dibawah ini buat aku ...
Bagaimana jika tidak ada lagi orang yang mau menunggumu? Ia yang kamu percaya akan menunggumu, ternyata pergi meninggalkanmu. Selama ini hanya perasaanmu saja, merasa bahwa orang lain akan mau menunggu ketidakpastian datangmu. 
Bagaimana jika tidak ada lagi orang yang mau menunggumu. Karena kamu tidak pernah tepat waktu. Sampai kapan kamu berharap orang lain akan selalu bisa memahami keterlambatanmu? Sampai kapan kamu berpikir bahwa orang lain selalu bisa menerima ketidaktepatanmu? 
Mungkin sampai kamu benar-benar merasa tidak satu orang pun lagi yang mau menunggumu. Mungkin saat itu baru kamu sadar. Bahwa kamu telah membuang orang-orang yang tadinya begitu sabar terhadapmu. Dan kini, mereka meninggalkanmu, katamu.
Sadarkah, bahwa kamu yang meninggalkan mereka. Karena kamu tidak pernah menghargai waktu yang mereka miliki. Karena kamu telah menyia-nyiakan kepercayaan yang telah ia berikan. Karena kamu telah menahan mereka untuk maju. Hanya demi menunggumu, yang tidak pernah mereka bisa pastikan. Kapan datangnya.
Bagaimana perasaanmu, saat kamu tahu tidak ada satu orang pun yang mau menunggumu (lagi)?
Temanggung, 30 Januari 2014 | ©kurniawangunadi
sebenernya itu narasi sudah lama banget dibuat tapi, entah ada gerangan apa kak fina mengirimkannya. setelah aku pahami setiap makna yang ada dalam kalimatnya aku baru sadar ternyata itu mungkin ada dalam kehidupanku.
aku selalu meminta orang-orang menunggu, menunggu waktu yang tepat untuk kedatanganku, tanpa pernah menanyakan keadaan mereka baik atau buruk, bosan atau tidak dan bla bla bla ..
apa aku begitu egois? 
waktu tidak pernah memberi kan ruang untuk aku menjelaskan segala sesuatunya. tidak menerima apa yang menjadi alasanku, egois mana aku atau waktu?
saat ini hanya dua kata yang selalu aku naungkan.

"maaf dan terimakasih" hanya itu ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar