Kamis, 18 Juni 2015

Mencari Ketenangan (?)


Hidupnya begitu riuh, begitu ramai. Pikirannya tidak pernah habis memikirkan banyak hal, hidupnya disibukkan oleh begitu banyak pekerjaan. Seolah-olah waktunya habis untuk segala hal itu. Harus menjadi berbeda, hidup dalam ekspektasi banyak orang. Hingga, setiap kali dia kembali ke rumahnya yang sepi, ke kamarnya yang lebih sepi, ke hatinya yang jauh lebih sepi. Dia hanya duduk, membuka beberapa lembar catatannya dan menulis sesuatu yang tak pernah aku tahu apa isinya.

Selebihnya, dia merebahkan badannya dan memejamkan mata. Seolah-olah itulah ketenangan yang selama ini dia cari. Nyatanya bukan, pikirannya tetap riuh dengan pertanyaan, hatinya tetap khawatir dengan kemungkinan.

Dia memasang headset ditelinganya dan memutar lagu-lagu yang dia ciptakan sendiri. Dia buka kitab sucinya untuk mencari-cari sesuatu. Dia mencari ketenangan. Sedang dia sendiri tidak pernah tahu bagaimana dan seperti apa ketenangan yang dia maksud.

Di luar sana dia menenggelamkan diri dalam kegiatan, sibuk mendaftar ini dan itu, menjadi relawan ini dan itu, berharap bisa menemukan ketenangan itu di salah satu tempat yang dia datangi. Tapi, ternyata tidak demikian. Hatinya tetap tidak tenang. Bahkan, ibadah pun belum membuatnya tenang.

Dia terus berjalan, ia sudah mengenal dengan baik kelelahan, kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan. Semua
itu telah menjadi teman perjalanan yang tidak lagi mengkhawatirkan.

Karena hanya orang-orang yang mencarilah yang akan menemukan. Dia terus mencari ketenangan. Apabila ketenangan itu berwujud seorang manusia, maka pertemukan dan persatukanlah. Bila ketenganan itu berwujud rumah, maka dirikanlah. Bila ketenangan itu berwujud ibadah, maka teguhkanlah.

Dia melanjutkan perjalanan hidupnya yang sunyi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar