Aku ingin mencintaimu seperti kala kita belum bersatu,
dimana setiap malamku aku duduk mengadu
Tentang perasaan yang tak kunjung bertemu,
tentang kepastian yang saling tunggu.
Perasaan yang sama tidak serta merta membuat dua orang bersatu,
karena setiap perasaan memerlukan kepastian
memerlukan kesaksian, memerlukan ikatan.
Ku kira diantara kita ada jarak,
Kau tahu sebarapa jauh jarak diantara kita?
Hanya sebaris kalimat dan sebaris jawab.
“Aku mencintaimu dan aku mau mewujudkannya dalam tindakan”.
“Tidak usah,” katamu menolak tawaran.
Ketika kamu mencari kepastian, aku datang menawarkannya. Lalu, kamu justru ragu memberikan kepercayaan. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya kamu cari.
Di lain hari kamu resah mencari. Mencari sesuatu yang jauh, sesuatu yang bahkan tidak kamu kenali. Sesuatu yang katanya telah disiapkan Tuhan bahkan sejak kamu belum lahir. Apa kamu tidak pernah bertanya pada diri sendiri bahwa mungkin ia menciptakan kita sebagai takdir itu?
Aku mungkin harus menghilang dari kehidupanmu agar kamu sadar dan menyadari bahwa ada yang hilang dalam hidupmu. Kesadaran yang membuatmu mengerti bahwa ada orang yang memiliki perasaan yang bahkan tidak kamu rasakan. Bahwa ada orang yang mencintaimu kala kamu takut dan bertanya-tanya apakah ada orang yang bisa jatuh cinta padamu.
Saat ini mungkin kita hanya bertemu. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi dikemudian hari. Harapanku dan harapanmu mungkin saja berbeda. Namun, siapa sangka bila ternyata muara kita sama. Aku berdoa seperti itu, entah kamu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar